Kamis, 15 Januari 2009

Pendidikan Dunia Islam Tertinggal

Pendidikan Dunia Islam Tertinggal

Kamis, 15 Januari 2009 pukul 07:23:00
Sistem kurikulum harus diperjelas

KUALA LUMPUR -- Perhatian negara-negara Muslim terhadap pembangunan di bidang pendidikan dan penelitian masih sangat rendah. Saat ini, dunia Islam hanya mengalokasikan sekitar 0,2 persen Produk Domestik Bruto (PDB) untuk penelitian dan pengembangan. Akibatnya, posisi dunia Islam semakin lemah dan tertinggal jauh dibandingkan peradaban lain.

''Dunia Kristen telah mengalokasikan sekitar lima persen PDB-nya untuk riset dan pengembangan,'' ungkap Datuk Muhammad Salleh Majid, mantan presiden Kuala Lumpur Stock Exchange - kini Bursa Malaysia seperti dikutip kantor berita Bernama. Muhammad Salleh menyerukan agar dunia Islam lebih peduli terhadap riset dan pengembangan, yakni dengan meningkatkan alokasi PDB-nya.

Intelektual Muslim yang mengajar di Fakultas Ekonomi dan Manajemen Universitas Kebangsaan Malaysia itu menegaskan, setiap umat Muslim harus berlomba-lomba meningkatkan pengetahuan di berbagai bidang. Menurut dia, pendidikan merupakan hal terpenting yang harus didukung umat Islam di seluruh dunia.

''Sukses tidaknya umat Muslim sangat tergantung pada pengetahuan, kreativitas dan budaya baca serta menulis,'' tegasnya. Menurut dia, salah satu metode paling gampang untuk memperoleh pengetahuan adalah melalui surat kabar dan buku. ''Hal seperti ini perlu terus ditingkatkan.''

Pihaknya mengingatkan bahwa posisi umat Islam di dunia begitu lemah. Menurut Muhammad Salleh, berbagai bidang penting di dunia seperti bisnis, politik, keilmuan dan media massa global sedang dikuasai orang-orang Yahudi.

''Mereka begitu kuat dan Muslim justru lemah,'' cetusnya. Menurut dia, tanpa kompromi lagi, dunia Islam harus meningkatkan perhatian terhadap pendidikan, penelitian dan pengembangan.

Pakar Pendidikan Islam, Dr Hamid Fahmi Zarkasyi, juga mengatakan, saat ini pendidikan umat Muslim di seluruh dunia sangat tertinggal, terutama Indonesia. Padahal, Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk Muslim terbesar di dunia.

Hamid menegaskan, tertinggalnya pendidikan di negara Muslim tak hanya disebabkan kecilnya alokasi dana, tapi juga kebijakan pemerintah yang tak tegas. "Saya rasa tertinggalnya pendidikan di dunia Islam terkait dengan kebijakan atau akal pemikiran seberapa bermutunya pendidikan,'' tegas Direktur Institute for Islamic The Study Islamic Thougth and Civilization (INSIST) Jakarta, kepada Republika, Rabu (14/1).

Menurut Hamid, berapa pun besarnya alokasi dana pendidikan tak akan berguna, jika kebijakannya tidak baik. ''Untuk itu sistem kurikulumnya harus diperjelas." Hamid menyatakan, Indonesia dan negara lainnya perlu meniru Malaysia.

Di negeri jiran, papar dia, berbagai infrastruktur pendidikan dibangun sebagus mungkin. Ia mencontohkan, perpustakaan yang ada di Malaysia sudah bertaraf internasional dan dilengkapi buku-buku berkualitas. Koleksinya pun terus dimutakhirkan.

Guna memperbaiki kualitas pendidikan di Indonesia yang cenderung tertinggal, Hamid menyatakan perlu adanya keberanian dari pemerintah dan pihak-pihak yang berwenang untuk melakukan perbaikan.

"Indonesia tak berani mengambil tenaga pengajar dari luar negeri. Atau setidaknya mereka memanfaatkan tenaga pengajar Indonesia yang sudah mengenyam studi di luar negeri. Selama ini mereka tidak diberdayagunakan," cetus pembantu rektor III Institut Studi Islam Darussalam itu. hri/bernama/timesofindia

http://www.republika.co.id/koran/14/26151.html

Tidak ada komentar: