Rabu, 14 Januari 2009

Kursus Menulis Bagi Tua dan Muda

Kursus Menulis Bagi Tua dan Muda

By Republika Newsroom
Rabu, 16 Juli 2008 pukul 00:46:00

Semua orang bisa jadi bisa menulis. Namun belum tentu setiap orang mampu menggoda pembaca setia bertahan menelusuri kata demi kata dalam tulisan. Itulah salah satu alasan kelas-kelas pelatihan menulis mulai banyak dilirik. Sekolah menulis Jakarta School yang berdiri sejak tahun 2004 sudah meluluskan lebih dari 300 murid. Dengan biaya kursus senilai Rp 2 juta per orang, murid Jakarta School cukup beragam. Pendiri Jakarta School, AS Laksana, pernah menerima peserta yang masih duduk di bangku kelas menengah atas. Sementara, salah satu murid tertuanya hendak memasuki usia pensiun.

Alasan mereka belajar menulis pun macam-macam. Anak kuliah ikut kelas menulis agar bisa lancar mengerjakan tugas makalah dari dosennya. ''Ada tiga ibu-ibu umurnya di atas 50 yang ingin bisa menulis, supaya bisa menulis seperti kolom Hikmah di Republika,'' ujar Sulak, panggilan akrab AS Laksana.

Menulis ialah memikirkan apa yang mau ditulis lalu menuangkannya. Maka, Sulak mengatakan menulis adalah latihan berpikir. Selayaknya, menulis menjadi keterampilan yang dimiliki setiap orang. Sebab, orang yang terampil menulis adalah orang yang memiliki cara berpikir lebih baik.

Mengapa bisa begitu? Menurut Sulak, saat menulis seluruh proses berpikir dipakai. Mulai dari mengingat sampai menganalisis. Maka, menurutnya, berpikir dengan baik dapat dilatih lewat belajar menulis. Maksud Sulak, belajar menulis dengan baik sama artinya dengan mengajak otak berpikir secara runtut. Menulis adalah menyampaikan gagasan secara teratur. Maka, menulis merupakan upaya mewujudkan isi pikiran dengan runtut serta membiasakan berpikir jernih, logis, dan baik.

Secara lebih luas Sulak melihat menulis dapat membantu menyelesaikan masalah hidup. Semua masalah bermula dari pikiran. Kemudahan sampai kesulitan. Maka, menulis adalah salah satu cara melatih pikiran menjadi lebih baik. ''Kalau otak tidak digunakan tidak mungkin akan bertambah tajam kan?'' kata Sulak. Otak yang terbiasa berpikir jernih karena sering menulis otomatis menjadikan pikiran terasah kala masalah menghadang.

Sulak menilai, kegiatan tulis-menulis di Indonesia belum seramai di Amerika Serikat, misalnya. Di negara Paman Sam itu industri tulisan sudah sangat maju, oplah penjualan buku juga besar. ''Olah tulisan sangat dihargai,'' kata Sulak.

Kendati baru segelintir penulis di Indonesia yang bisa dikategorikan mapan, tapi Sulak meyakini mereka yang mau berpikir sedikit lebih banyak akan meraih keuntungan. Dia memberi contoh penulis, misalnya, buku tentang panduan mengirim SMS. Proses berpikir sang penulis mulai dari memikirkan pasar pembaca bukunya, berapa banyak lalu lintas SMS per hari, hingga cara mengirim SMS yang tidak merepotkan pengetiknya, akan berbuah manis saat buku itu dibeli.

Mereka yang menguasai keterampilan menulis dipastikannya dapat menghasilkan sesuatu. Penulis yang hobi memasak dapat membuat buku resep. Atau dapat mengirimkan resepnya ke majalah dan koran untuk dimuat dengan imbalan biaya. Sama seperti hobi lain yang gagasannya bisa dikomunikasikan: Dari hobi otomotif sampai bermain catur.

Online
Meski menulis bisa dilakukan oleh siapa saja, Sulak tetap menyarankan calon penulis untuk belajar bagaimana cara menulis. ''Teknik menulis harus dipelajari, sisi artistiknya silakan mengembangkan sendiri,'' pesannya. Ibarat membuat kusen, semua orang bisa memahat kayu, tapi tekniknya perlu diketahui biar kusen itu benar-benar bisa digunakan. ''Kalau tidak cuma akan jadi lelah memukul kayu,'' kata dia. Menurut Sulak, belajar juga bisa dilakukan sendiri. ''Meski upayanya harus ekstrakeras,'' katanya.

Belajar menulis sendirian, berarti tidak ada yang mengawasi proses belajar itu. ''Berpayah-payah mempelajari hal mendasar tentang menulis adalah jalan menuju lahirnya penulis yang baik,'' kata Sulak. Bila belajar menjadi kendala mereka yang sibuk, solusinya adalah sekolah online. Pengajar kelas menulis online di www.belajarmenulis.com, Jon Riah Ukur, mengatakan sebenarnya belajar menulis tidak sesulit yang dikira. ''Kalau dilatih bisa jadi gampang,'' ujar pria yang biasa dipanggil Jonru itu.

Sesuai namanya, maka kelas online Jonru tidak membutuhkan tatap muka antara pengajar dan murid. Siswa bebas mengatur jadwal kelasnya sesuai kesibukan masing-masing. Ruang kelas jadinya bisa terwujud di mana saja. ''Kalau pakai laptop latihannya jadi bisa dilakukan di mal, misalnya, sembari bercengkerama dengan keluarga,'' ujarnya. Kendati belajar online, seminggu dua kali murid-murid 'bertemu' dengan guru dan satu sama lain di dunia maya. ''Kami konferensi lewat chatting,'' terang Jonru.

Dalam ajang pertemuan itu murid bebas membahas materi pelajaran, termasuk membagi pengalaman menulisnya dengan seluruh rekan sekelasnya. Di sekolah online murid dipaksa belajar mandiri. Sekolah online memang tidak sama dengan kelas reguler. ''Kadang, jadinya kurang sreg kalau tidak bertemu langsung,'' sambung Jonru. Tapi, dia menegaskan kekurangan itu bisa sedikit terobati karena murid bisa berkomunikasi via telepon dengan para pengajar di belajarmenulis.com untuk membahas pelajaran./ind

http://www.republika.co.id/berita/223.html

Tidak ada komentar: