Sabtu, 24 Januari 2009

JENIS-JENIS KECERDASAN

JENIS-JENIS KECERDASAN

Kalau saya,paling pas punya dua kecerdasan,Interpersonal dan Linguistik..walaupun tidak perfect,tapi jauh lebih dominan di banding yang lain..
Kalau anda bagaimana? coba dicek dulu jenis-jenisnya..
Kecerdasan Spiritual
Biasa juga disebut dengan SQ (Spiritual Quotient). Kecerdasan spiritual adalah kemampuan untuk memahami makna dan nilai tertinggi dalam kehidupan. Orang yang memiliki SQ adalah orang yang memiliki kemampuan dalam mengatur dirinya (self-organizing) dan kemampuan bawaan untuk membedakan antara yang benar dan yang salah. Orang yang cerdas secara spiritual tidak memecahkan persoalan hidup hanya secara rasional atau emosional saja tetapi ia juga menghubungkannya dengan makna kehidupan secara spiritual. Oleh karena itu, Spiritual Intelligence memungkinkan anak mengetahui hal-hal yang bersifat intuitif.
Kecerdasan Naturalis
Kecerdasan naturalis memungkinkan anak untuk bisa berinteraksi dengan lingkungan. Selain itu, mereka yang memiliki kecerdasan ini cenderung memiliki kemampuan dalam Mengkombinasi banyak nilai-nilai budaya.
Ciri-ciri lain dari kecerdasan naturalis adalah berbicara banyak tentang binatang kesayangan, atau lokasi-lokasi alam favorit ketika bercerita di kelas, suka karya wisata di alam, ke kebun binatang atau ke museum purbakala, menunjukkan minat pada mata pelajaran yang berhubungan dengan sains, senang menyiram dan merawat tanaman, suka bermain di kandang kelinci, akuarium, atau rumah kaca, membawa binatang kecil/serangga, bunga, atau benda alam lain ke sekolah untuk dipamerkan kepada teman sekelas atau guru, dapat mengerjakan dengan baik tugas/pekerjaan yang bersinggungan dengan sistem kehidupan (misalnya topik biologi dalam pelajaran ilmu pasti, isu lingkungan dalam pelajaran ilmu sosial), menunjukkan minat pada ekologi, alam, tanaman atau binatang, bergabung dengan pecinta alam atau organisasi penyayang binatang dan menyerukan hak-hak binatang atau perlunya melindungi planet bumi di kelas.
Kecerdasan Intrapersonal
Kecerdasan intrapersonal, berhubungan dengan mengerti diri sendiri. Orang-orang ini seringkali mandiri dan senang menekuni aktifitas sendirian. Mereka cenderung percaya diri dan punya pendapat, dan memilih pekerjaan dimana mereka bisa memiliki kendali terhadap cara mereka menghabiskan waktu.
Ciri-ciri lain dari kecerdasan intrapersonal adalah : menunjukkan kemauan yang keras, memahami dengan baik kekurangan dan kelebihan diri , memberi saran kepada teman yang mempunyai masalah, tidak mengalami masalah jika ditinggalkan bermain atau belajar sendirian, mampu belajar dari kegagalan atau keberhasilan yang pernah dialami, memiliki gaya hidup dan gaya belajar dengan irama tersendiri, memiliki perencanaan diri yang baik, lebih memilih bekerja sendiri daripada bekerjasama dengan orang lain, dapat mengekspresikan perasaan secara akurat dan memiliki penghargaan yang baik terhadap diri sendiri.
Kecerdasan Interpersonal
Kecerdasan interpersonal, berhubungan dengan kemampuan untuk bisa mengerti dan menghadapi perasaan orang lain. Orang-orang ini seringkali ahli berkomunikasi dan pintar mengorganisasi, serta sangat sosial. Mereka biasanya baik dalam memahami perasaan dan motif orang lain.
Cirri-ciri lain dari kecerdasan interpersonal adalah : suka bersosialisasi dengan teman seusianya, berbakat menjadi pemimpin, menjadi anggota klub, panitia, atau kelompok informal di antara teman seusianya, mudah bergaul , senang mengajari anak-anak lain secara informal, suka bermain dengan teman seusianya, mempunyai dua atau lebih teman dekat, memiliki empati yang baik atau memberi perhatian lebih kepada orang lain, banyak disukai teman dan dapat memahami maksud orang lain walaupun tersembunyi.
Kecerdasan Musikal
Kecerdasan musikal, berkaitan dengan musik, melodi, ritme dan nada. Orang-orang ini pintar membuat musik sendiri dan juga sensitif terhadap musik dan melodi. Sebagian bisa berkonsentrasi lebih baik jika musik diperdengarkan; banyak dari mereka seringkali menyanyi atau bersenandung sendiri atau mencipta lagu serta musik.
Ciri-ciri lain dari kecerdasan musikal adalah : dapat menunjukkan nada yang tidak sumbang (dalam bernyanyi atau memainkan alat musik), memiliki suara yang merdu, mampu memainkan alat musik atau menyanyi bersama paduan suara atau kelompok, memiliki cara berbicara dan atau bergerak yang berirama, bersenandung tanpa sadar, menyanyikan lagu yang tidak diajarkan di kelas, bersemangat ketika musik dimainkan, mengetuk-ngetuk meja berirama saat sedang bekerja dan peka pada bunyi-bunyian di sekitar (misalnya; rintik hujan, suara klakson, dll).
Kecerdasan Kinestetik
Kecerdasan tubuh-kinestetik, berhubungan dengan pergerakan dan keterampilan olah tubuh. Orang-orang ini adalah para penari, aktor, para pengrajin dan atlet. Mereka memiliki bakat mekanik tubuh dan pintar meniru mimik serta sulit untuk duduk diam.
Ciri-ciri lain dari kecerdasan kinestetik adalah : selalu bergerak, mengetuk-ngetuk atau gelisah ketika duduk lama di suatu tempat, dapat membedakan materi penyusun dari barang yang disentuhnya (apakah terbuat dari kayu, besi, plastik, dll), suka bekerja dengan tanah liat, atau pengalaman yang melibatkan sentuhan tangan lain (misalnya, melukis dengan menggunakan jari), suka menari, berlari, melompat, gulat, atau kegiatan yang melibatkan gerakan motorik kasar lainnya, mampu menunjukkan kemahiran dalam bidang keterampilan, misalnya pertukangan, menjahit, atau memiliki koordinasai motorik halus yang baik dalam hal-hal lain, mampu mengekspresikan diri secara dramatis (seperti akting, pantomim, dll), suka membongkar-pasang barang dan lebih pandai dalam permainan gerak (lompat tali, kelereng, lari benteng, dll) dibanding teman seusianya.
Kecerdasan Spasial
Kecerdasan spasial, berhubungan dengan bentuk, lokasi dan membayangkan hubungan di antaranya. Orang-orang ini biasanya menyukai perancangan dan bangunan, disamping itu orang-orang dengan kecerdasan spatial pintar membaca peta, diagram dan bagan.
Ciri-ciri lain dari kecerdasan spatial ini adalah : cepat menangkap bentuk dari gambar abstrak, suka berimajinasi yang melampaui teman sebayanya, pandai menggambar, lebih mudah belajar dengan gambar daripada teks, suka kegiatan seni grafis, lukis, seni patung dan desain, dapat membuat konstruksi tiga dimensi yang menarik, suka mengerjakan puzzle, labirin, atau kegiatan visual sejenis lain. membuat corat-coret di buku kerja, kertas, atau bahan-bahan lain dan bisa memahami gambar dilihat dari sudut pandang yang berbeda (misal; tampak atas, tampak samping, tampak depan, dll).
Kecerdasan Matematis-Logis
Kecerdasan Matematis-logis berhubungan dengan pola, rumus-rumus, angka-angka dan logika. Orang-orang ini cenderung pintar dalam teka-teki, gambar, aritmatika, dan memecahkan masalah matematika, mereka seringkali menyukai komputer dan pemrograman.
Ciri-ciri lain dari kecerdasan ini adalah : banyak bertanya tentang cara kerja suatu hal, suka bekerja atau bermain dengan angka, lebih tertarik pada game matematika dan komputer dibandingkan permainan lain, suka mengerjakan teka teki logika atau soal-soal angka yang sulit, suka dan memperoleh nilai tinggi dalam pelajaran matematika, sering melakukan percobaan mengenai ilmu pasti, pada saat pelajaran maupun pada waktu luangnya, suka membuat kategori, hierarki, atau pola logis lain, suka permainan catur, main dam, atau permainan strategi lain, mudah memahami rumus dan cara kerjanya serta tepat dalam mengaplikasikannya di kehidupan sehari-hari dan pandai menggunakan pengetahuannya dan memberi pendapatnya untuk memecahkan persoalan sehari-hari.
Kecerdasan Linguistik
Kecerdasan Linguistik berkaitan dengan kemampuan bahasa dan dalam hal penggunaannya. Orang-orang yang berbakat dalam bidang ini senang bermain-main dengan bahasa, gemar membaca dan menulis, tertarik dengan suara, arti dan narasi. Mereka seringkali pengeja yang baik dan mudah mengingat tanggal, tempat dan nama.
Selain itu, ada beberapa hal lain yang berkaitan dengan cirri khas pada kecerdasan ini yaitu : mampu menuliskan pengalaman kesehariannya/pendapatnya secara lebih baik dibandingkan anak seusianya, memiliki kosa kata yang banyak dibandingkan anak seusianya dan menggunakannya dengan tepat, banyak membaca (buku, koran, majalah, artikel di internet, dan lain sejenisnya), banyak memberikan pendapat, masukan, kritikan, pada orang lain, mengeja kata asing dan baru dengan tepat, suka mendengarkan pernyataan-pernyataan lisan (cerita, ulasan radio, buku bersuara), menyukai pantun, permainan kata, serangkaian kata yang sukar diucapkan dan suka bercerita panjang lebar atau mampu menceritakan lelucon dan kisah-kisah.

Pembagian ini saya copy dari website pusat keberbakatan Psikologi UI
picture http://www.publicspeakingskills.com/pages/courses/enhancing-your-presentation-skills.htm
January 23, 2009 - Posted by Gagat | neurologi, pendidikan | kecerdasan, keberbakatan | No Comments
http://akiragats.wordpress.com/2009/01/23/jenis-jenis-kecerdasananda-termasuk-yang-mana/

Kamis, 22 Januari 2009

Sekretariat Klub Guru
Pusat:
Jl. Jatipadang 23 Pasar Minggu, Jakarta Selatan
Phone (021) 7883-6778, Fax (021) 7884-7363
Email : info@klubguru.com

Jabodetabek:
Jl. Jatipadang 23 Pasar Minggu, Jakarta Selatan
Phone (021) 7883-6778, Fax (021) 7884-7363
Email : jabodetabek@klubguru.com

Jawa Timur:
Jl. Dharmawangsa 7/4, Surabaya 60286
Phone: (031) 5020505, 7170-9292
Email: jatim@klubguru.com

Jawa Barat:
Email: jabar@klubguru.com

Malang Raya:
Email: malang@klubguru.com

Bojonegoro :
Email: bojonegoro@klubguru.com

Jombang:
Email: jombang@klubguru.com

Kediri Raya:
Email: kediri@klubguru.com

Pasuruan:
Email: pasuruan@klubguru.com

Jember:
Email: jember@klubguru.com

http://www.klubguru.com/sekretariat.php

Selasa, 20 Januari 2009

Pengertian SOP

Pengertian SOP

1.Suatu standar/pedoman tertulis yang dipergunakan untuk mendorong dan menggerakkan suatu kelompok untuk mencapai tujuan organisasi.
2.SOP merupakan tatacara atau tahapan yang dibakukan dan yang harus dilalui untuk menyelesaikan suatu proses kerja tertentu.
Tujuan SOP
1.Agar petugas/pegawai menjaga konsistensi dan tingkat kinerja petugas/pegawai atau tim dalam organisasi atau unit kerja.
2.Agar mengetahui dengan jelas peran dan fungsi tiap-tiap posisi dalam organisasi
3.Memperjelas alur tugas, wewenang dan tanggung jawab dari petugas/pegawai terkait.
4.Melindungi organisasi/unit kerja dan petugas/pegawai dari malpraktek atau kesalahan administrasi lainnya.
5.Untuk menghindari kegagalan/kesalahan, keraguan, duplikasi dan inefisiensi
Fungsi :
1.Memperlancar tugas petugas/pegawai atau tim/unit kerja.
2.Sebagai dasar hukum bila terjadi penyimpangan.
3.Mengetahui dengan jelas hambatan-hambatannya dan mudah dilacak.
4.Mengarahkan petugas/pegawai untuk sama-sama disiplin dalam bekerja.
5.Sebagai pedoman dalam melaksanakan pekerjaan rutin.
Kapan SOP diperlukan
1.SOP harus sudah ada sebelum suatu pekerjaan dilakukan
2.SOP digunakan untuk menilai apakah pekerjaan tersebut sudah dilakukan dengan baik atau tidak
3.Uji SOP sebelum dijalankan, lakukan revisi jika ada perubahan langkah kerja yang dapat mempengaruhi lingkungan kerja.
Keuntungan adanya SOP
1.SOP yang baik akan menjadi pedoman bagi pelaksana, menjadi alat komunikasi dan pengawasan dan menjadikan pekerjaan diselesaikan secara konsisten
2.Para pegawai akan lebih memiliki percaya diri dalam bekerja dan tahu apa yang harus dicapai dalam setiap pekerjaan
3.SOP juga bisa dipergunakan sebagai salah satu alat trainning dan bisa digunakan untuk mengukur kinerja pegawai.
Dalam menjalankan operasional perusahaan , peran pegawai memiliki kedudukan dan fungsi yang sangat signifikan. Oleh karena itu diperlukan standar-standar operasi prosedur sebagai acuan kerja secara sungguh-sungguh untuk menjadi sumber daya manusia yang profesional, handal sehingga dapat mewujudkan visi dan misi perusahaan.

http://rafhli.multiply.com/journal/item/10

Jumat, 16 Januari 2009

Kurang Membaca Apalagi Menulis

Kurang Membaca Apalagi Menulis

Senin, 05 Januari 2009 pukul 09:40:00
Oleh Ahmad Tohari

Rasanya tidak akan ada orang yang membantah kenyataan bangsa ini sudah tertinggal dari bangsa-bangsa lain dalam berbagai hal. Orang pun tahu salah satu sebab utama ketertinggalan itu adalah rendahnya semangat membaca dan menulis yang dimiliki oleh masyarakat kita. Dalam angka bisa dilihat, misalnya, jumlah penduduk Indonesia yang punya kebiasaan membaca hanya tujuh persen. Jumlah penulis buku (novel) hanya sekitar 250 orang di antara 220 juta penduduk. Setiap tahun hanya terbit 30 ribu judul buku. Sedangkan, di Thailand, dengan jumlah penduduk jauh lebih kecil, setiap tahun terbit hampir 90 ribu judul.

Angka lain membuktikan, pengajaran baca-tulis di SMA zaman Belanda bahkan jauh lebih baik dari sekarang. Pada waktu itu, anak-anak SMA jurusan sosbud diwajibkan membaca dan membahas 25 buku. SMA bagian ilmu pasti diwajibkan membaca 15 buku dalam waktu 3 tahun. Para pendiri negara ini, seperti Bung Karno, Bung Hatta, Sutan Syahrir, Wilopo, Leimena, dan lain-lain, menjadi negarawan karena jiwa mereka kaya akan nilai-nilai utama yang mereka peroleh, antara lain, dari bacaan yang banyak sewaktu muda. Ah, agaknya penting untuk membandingan mereka dengan pemimpin sekarang yang ketika SMA tidak ada lagi kewajiban membaca buku sastra sejak tahun 1950.

Saat ini, kondisi dan situasi pengajaran membaca dan menulis buku sudah demikian parah. Walaupun begitu, tidak banyak orang yang peduli atas kenyataan yang menyedihkan ini. Situasi malas baca dan gagap tulis terus berlangsung. Padahal, akibat buruk situasi ini sudah lama muncul di depan mata. Yakni, tidak terhayatinya nilai-nilai yang lazimnya tersebar melalui berbagai jenis buku bermutu. Nilai-nilai tersebut amat banyak. Namun, bisa diringkas menjadi iman dan penghargaan terhadap martabat kemanusiaan dalam arti luas.

Alhamdulillah, dalam situasi gelap dunia baca-tulis buku, tiba-tiba muncul sepercik cahaya harapan. Sebuah lembaga yang diberi nama Rumah Puisi telah dan diharapkan bisa menjadi virus yang menyebarkan semangat baca-tulis buku ke seluruh pelosok Tanah Air. Pendirinya adalah si orang peduli, DR (HC) Taufiq Ismail bersama istrinya, Ati Ismail. Fisik Rumah Puisi berupa bangunan yang amat mewakili dan terletak di Aie Angek, Kabupaten Tanah Datar, Sumatra Barat. Dengan modal awal 6.000 buku koleksi pribadi, lembaga swasta ini punya beberapa program berkelanjutan, antara lain pelatihan bagi guru bahasa SMA/MAN dan pelatihan menulis untuk para siswa.

Selain karena sedih melihat sebagian besar warga bangsanya rabun membaca dan gagap menulis, Taufiq Ismail mengaku punya kesedihan lain yang lebih mendalam. Yakni, kenyataan bahwa kondisi buruk ini disebabkan umat Muslim abai terhadap ayat pertama yang disampaikan Allah kepada manusia. Ayat itu bernada perintah yang sangat jelas.

Bacalah. Dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan. Bacalah. Dan, Tuhanmulah yang Maha Pemurah, yang mengajar manusia dengan pena. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.

Dalam penafsiran Taufiq Ismail, kata "qolam" dalam ayat tersebut adalah pena yang digunakan manusia untuk menulis apa saja yang bisa meningkatkan ilmu. Sayang, menurut dia, justru orang baratlah yang lebih banyak membaca dan menulis. Dan, kenyataannya, merekalah yang kini memegang kendali peradaban manusia di dunia.

Menurut Ati Taufiq Ismail, pilihan kampung halaman sebagai tempat dibangunnya Rumah Puisi yang akan diresmikan pada 11 Januari mendatang merupakan bukti rasa terima kasih kepada tanah kelahiran. Ya, kampung di seluruh tanah air yang telah lama diabaikan, dijadikan obyek, bahkan pelengkap penderita memang harus dikembalikan harkatnya. Dengan memberi kesempatan anak kampung belajar membaca dan menulis, Taufiq Ismail dan istri berusaha mengembalikan harkat itu, membayar utang mereka kepada tanah kelahiran.

Dan, kalau mau, sesungguhnya bukan hanya Taufiq Ismail yang bisa membangun Rumah Puisi atau apa pun namanya. Kita menunggu orang lain yang peduli, yang akan mengingat orang tentang wajibnya membaca, kewajiban yang sama-sama datang sebagai wahyu ilahi.

http://www.republika.co.id/koran/28/24213.html

Kamis, 15 Januari 2009

Pendidikan Dunia Islam Tertinggal

Pendidikan Dunia Islam Tertinggal

Kamis, 15 Januari 2009 pukul 07:23:00
Sistem kurikulum harus diperjelas

KUALA LUMPUR -- Perhatian negara-negara Muslim terhadap pembangunan di bidang pendidikan dan penelitian masih sangat rendah. Saat ini, dunia Islam hanya mengalokasikan sekitar 0,2 persen Produk Domestik Bruto (PDB) untuk penelitian dan pengembangan. Akibatnya, posisi dunia Islam semakin lemah dan tertinggal jauh dibandingkan peradaban lain.

''Dunia Kristen telah mengalokasikan sekitar lima persen PDB-nya untuk riset dan pengembangan,'' ungkap Datuk Muhammad Salleh Majid, mantan presiden Kuala Lumpur Stock Exchange - kini Bursa Malaysia seperti dikutip kantor berita Bernama. Muhammad Salleh menyerukan agar dunia Islam lebih peduli terhadap riset dan pengembangan, yakni dengan meningkatkan alokasi PDB-nya.

Intelektual Muslim yang mengajar di Fakultas Ekonomi dan Manajemen Universitas Kebangsaan Malaysia itu menegaskan, setiap umat Muslim harus berlomba-lomba meningkatkan pengetahuan di berbagai bidang. Menurut dia, pendidikan merupakan hal terpenting yang harus didukung umat Islam di seluruh dunia.

''Sukses tidaknya umat Muslim sangat tergantung pada pengetahuan, kreativitas dan budaya baca serta menulis,'' tegasnya. Menurut dia, salah satu metode paling gampang untuk memperoleh pengetahuan adalah melalui surat kabar dan buku. ''Hal seperti ini perlu terus ditingkatkan.''

Pihaknya mengingatkan bahwa posisi umat Islam di dunia begitu lemah. Menurut Muhammad Salleh, berbagai bidang penting di dunia seperti bisnis, politik, keilmuan dan media massa global sedang dikuasai orang-orang Yahudi.

''Mereka begitu kuat dan Muslim justru lemah,'' cetusnya. Menurut dia, tanpa kompromi lagi, dunia Islam harus meningkatkan perhatian terhadap pendidikan, penelitian dan pengembangan.

Pakar Pendidikan Islam, Dr Hamid Fahmi Zarkasyi, juga mengatakan, saat ini pendidikan umat Muslim di seluruh dunia sangat tertinggal, terutama Indonesia. Padahal, Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk Muslim terbesar di dunia.

Hamid menegaskan, tertinggalnya pendidikan di negara Muslim tak hanya disebabkan kecilnya alokasi dana, tapi juga kebijakan pemerintah yang tak tegas. "Saya rasa tertinggalnya pendidikan di dunia Islam terkait dengan kebijakan atau akal pemikiran seberapa bermutunya pendidikan,'' tegas Direktur Institute for Islamic The Study Islamic Thougth and Civilization (INSIST) Jakarta, kepada Republika, Rabu (14/1).

Menurut Hamid, berapa pun besarnya alokasi dana pendidikan tak akan berguna, jika kebijakannya tidak baik. ''Untuk itu sistem kurikulumnya harus diperjelas." Hamid menyatakan, Indonesia dan negara lainnya perlu meniru Malaysia.

Di negeri jiran, papar dia, berbagai infrastruktur pendidikan dibangun sebagus mungkin. Ia mencontohkan, perpustakaan yang ada di Malaysia sudah bertaraf internasional dan dilengkapi buku-buku berkualitas. Koleksinya pun terus dimutakhirkan.

Guna memperbaiki kualitas pendidikan di Indonesia yang cenderung tertinggal, Hamid menyatakan perlu adanya keberanian dari pemerintah dan pihak-pihak yang berwenang untuk melakukan perbaikan.

"Indonesia tak berani mengambil tenaga pengajar dari luar negeri. Atau setidaknya mereka memanfaatkan tenaga pengajar Indonesia yang sudah mengenyam studi di luar negeri. Selama ini mereka tidak diberdayagunakan," cetus pembantu rektor III Institut Studi Islam Darussalam itu. hri/bernama/timesofindia

http://www.republika.co.id/koran/14/26151.html

Rabu, 14 Januari 2009

Pendidikan Islam tak Beri Solusi Dunia

Pendidikan Islam tak Beri Solusi Dunia : Aavani

By Republika Newsroom
Rabu, 14 Januari 2009 pukul 18:30:00

SURABAYA -- Pengajar Institut Filsafat Iran, Gholamreza Aavani mengatakan, pendidikan Islam sejak abad pertengahan hingga kini tidak pernah menawarkan solusi faktual terhadap berbagai persoalan yang terjadi di dunia."Sebagai agama yang awalnya menjadi jawaban atas kebobrokan masa lalu, pendidikan Islam kini kurang memberikan kontribusi bagi perkembangan di dunia," katanya dalam konferensi tentang Pemikiran Islam dalam Mengembangkan Nilai Lokal di kampus IAIN Sunan Ampel Surabaya, Jatim, Rabu.
Menurut dia, pendidikan Islam belum berhasil mengembangkan Islam sebagai agama yang bermanfaat bagi masyarakat. Proses pendidikan di lembaga pendidikan Islam juga tidak berhasil mengembangkan keterbukaan berpikir untuk memajukan Islam sendiri."Sepertinya ada yang salah dalam proses pendidikan Islam sehingga tidak pernah memberikan solusi yang murni lahir dari nilai keislaman," katanya.
Salah satu sebabnya, lanjut dia, para pelajar di lembaga pendidikan Islam tidak diajari filsafat. Padahal, filsafat membantu mengembangkan daya pikir kritis dan mendalam. "Para pemikir besar Islam di masa lalu lahir karena mereka diberi pelajaran filsafat," katanya.
Pengajar IAIN Sunan Ampel Surabaya, Abdul Kadir Riyadi menambahkan, fenomena itu sangat ironis mengingat Islam adalah agama sintesis."Dari seluruh ayat Alquran dan hadis, hanya sekitar 10 persen membahas soal halal, haram, dan makruh (hal yang sebaiknya dihindari). Sisanya memberi ruang pada mubah (hal yang dibolehkan). Untuk membahas mubah ini, ruang diskusi terbuka," katanya.
Menurut dia, kemampuan menjadi ajaran yang terbuka amat penting bagi Islam. Hanya ajaran dan aliran bersifat terbuka yang bisa selamat dan memberi kontribusi bagi perkembangan peradaban. "Banyak sekali ajaran atau pemikiran tertutup yang ambruk karena tidak tanggap terhadap kebutuhan zaman," katanya.
Di Eropa abad pertengahan, peradaban tidak berkembang ketika agama menutup ruang wacana. Kepatuhan buta kepada pemimpin dan imam membuat orang berani berpikir terbuka dan mencari solusi baru. "Islam tidak boleh seperti itu," katanya.
Sayangnya, keterbukaan dalam Islam justru mendapat ancaman dari dalam. Di Indonesia, sekelompok orang memaksakan penggunaan hukum Islam yang kaku pada negara dengan keberagaman tinggi. "Pemaksaan itu tanda tidak menghargai keberagaman," kata Riyadi.
Sementara pengajar Nanyang Technology University, Singapura, Karim Douglas Crom, mengingatkan, umat Islam tidak usah menyalahkan orang lain atas keterpurukannya sekarang. "Umat Islam harus introspeksi. Jangan menyalahkan Amerika atau Inggris kalau tertinggal. Kita harus tahu apa penyebab kondisi ini dan memperbaikinya," katanya.ant/kp

http://www.republika.co.id/berita/26059.html

UN tak Bisa Jadi Acuan Masuk PTN

UN tak Bisa Jadi Acuan Masuk PTN

By Republika Newsroom
Rabu, 14 Januari 2009 pukul 23:25:00

BANDUNG – Wacana mengenai ujian nasional (UN) dijadikan acuan masuk perguruan tinggi negeri dinilai masih rawan. Karenanya UN belum bisa digunakan sebagai syarat masuk PTN. Hal itu disampaikan Kepala Biro Akademik Unpad Isis Ikhwansyah, di Bandung, Rabu (14/1).
’’Dalam pertemuan PTN se-Indonesia di Batam yang digelar belum lama ini, disepakati bahwa UN dinilai masih rawan dan para PTN tidak mau terkena 'polusi' itu dulu,’’ katanya menjelaskan. Yang dimaksud dengan polusi disini adalah kecurangan yang mewarnai UN.
Isis mengatakan kecurangan ini baru sinyalemen. Meski demikian, PTN tidak mau mengambil risiko dengan menerima mahasiswa yang ternyata prosesnya bisa saja diwarnai kecurangan. Karena bagaimanapun juga PTN harus menjaga kualitasnya.
Dikatakan Isis, selama ini ada beberapa guru yang diadili di pengadilan. Mereka dituduh melakukan kecurangan dalam UN. Ia tidak berani menyebutkan bahwa UN memang selalu diwarnai kecurangan, karena hal tersebut harus dibuktikan dulu di pengadilan.
‘’Perlu dilakukan uji kelayakan terlebih dahulu sampai UN tidak diwarnai dengan kecurangan,’’ cetus Isis. Perbaikan tersebut membutuhkan waktu. Namun ia sendiri mengaku tidak tahu berapa banyak waktu yang dibutuhkan.
Isis menjelaskan, wacana penggunaan UN memang akan terus bergulir. Karena dari sisi pembiayaan, cara tersebut efisien. Jika selama ini ada dua kali ujian yakni UN dan SNMPTN, maka kali ini cukup menggelar satu ujian. ‘’Berapa banyak dana yang bisa dihemat?” katanya menjelaskan.
Untuk perbaikan UN, Isis melihat sistem UN terus diperbaiki. Bahkan perguruan tinggipun dilibatkan. Misalnya pembuatan soal UN di Jabar 2009 ini dibuat oleh Universitas Pendidikan Indonesia (UPI).
Unpad sendiri, sambung Isis, siap ikut serta. Kemungkinan besar, Unpad menjadi pengawas. Namun hingga kini belum diputuskan dosen atau mahasiswa yang akan menjadi pengawas.
Kalaupun dosen yang akan diturunkan, Isis mengaku Unpad siap. Karena selama ini dosen berpengalaman menjadi pengawas SNMPTN. ‘’Dan tentunya pengawasan anak SMA yang begitu banyak tidak hanya dilakukan oleh Unpad, namun juga oleh yang lainnya,’’ cetus dia.
Salah satu guru SMA swasta di Kab Bandung, Herni Herawati mengaku selalu cemas ketika menghadapi UN. Namun ia terus berupaya menyiapkan UN dengan jujur. Ia pun melihat anak didiknya berusaha keras agar bisa lulus UN.
‘’Saya tidak ingin memikirkan wacana tersebut, yang penting anak-anak saya lulus dengan nilai membanggakan atas hasil kerja sendiri bukan karena kecurangan,’’ cetus dia. ren/pt

http://www.republika.co.id/berita/26135.html

Kursus Menulis Bagi Tua dan Muda

Kursus Menulis Bagi Tua dan Muda

By Republika Newsroom
Rabu, 16 Juli 2008 pukul 00:46:00

Semua orang bisa jadi bisa menulis. Namun belum tentu setiap orang mampu menggoda pembaca setia bertahan menelusuri kata demi kata dalam tulisan. Itulah salah satu alasan kelas-kelas pelatihan menulis mulai banyak dilirik. Sekolah menulis Jakarta School yang berdiri sejak tahun 2004 sudah meluluskan lebih dari 300 murid. Dengan biaya kursus senilai Rp 2 juta per orang, murid Jakarta School cukup beragam. Pendiri Jakarta School, AS Laksana, pernah menerima peserta yang masih duduk di bangku kelas menengah atas. Sementara, salah satu murid tertuanya hendak memasuki usia pensiun.

Alasan mereka belajar menulis pun macam-macam. Anak kuliah ikut kelas menulis agar bisa lancar mengerjakan tugas makalah dari dosennya. ''Ada tiga ibu-ibu umurnya di atas 50 yang ingin bisa menulis, supaya bisa menulis seperti kolom Hikmah di Republika,'' ujar Sulak, panggilan akrab AS Laksana.

Menulis ialah memikirkan apa yang mau ditulis lalu menuangkannya. Maka, Sulak mengatakan menulis adalah latihan berpikir. Selayaknya, menulis menjadi keterampilan yang dimiliki setiap orang. Sebab, orang yang terampil menulis adalah orang yang memiliki cara berpikir lebih baik.

Mengapa bisa begitu? Menurut Sulak, saat menulis seluruh proses berpikir dipakai. Mulai dari mengingat sampai menganalisis. Maka, menurutnya, berpikir dengan baik dapat dilatih lewat belajar menulis. Maksud Sulak, belajar menulis dengan baik sama artinya dengan mengajak otak berpikir secara runtut. Menulis adalah menyampaikan gagasan secara teratur. Maka, menulis merupakan upaya mewujudkan isi pikiran dengan runtut serta membiasakan berpikir jernih, logis, dan baik.

Secara lebih luas Sulak melihat menulis dapat membantu menyelesaikan masalah hidup. Semua masalah bermula dari pikiran. Kemudahan sampai kesulitan. Maka, menulis adalah salah satu cara melatih pikiran menjadi lebih baik. ''Kalau otak tidak digunakan tidak mungkin akan bertambah tajam kan?'' kata Sulak. Otak yang terbiasa berpikir jernih karena sering menulis otomatis menjadikan pikiran terasah kala masalah menghadang.

Sulak menilai, kegiatan tulis-menulis di Indonesia belum seramai di Amerika Serikat, misalnya. Di negara Paman Sam itu industri tulisan sudah sangat maju, oplah penjualan buku juga besar. ''Olah tulisan sangat dihargai,'' kata Sulak.

Kendati baru segelintir penulis di Indonesia yang bisa dikategorikan mapan, tapi Sulak meyakini mereka yang mau berpikir sedikit lebih banyak akan meraih keuntungan. Dia memberi contoh penulis, misalnya, buku tentang panduan mengirim SMS. Proses berpikir sang penulis mulai dari memikirkan pasar pembaca bukunya, berapa banyak lalu lintas SMS per hari, hingga cara mengirim SMS yang tidak merepotkan pengetiknya, akan berbuah manis saat buku itu dibeli.

Mereka yang menguasai keterampilan menulis dipastikannya dapat menghasilkan sesuatu. Penulis yang hobi memasak dapat membuat buku resep. Atau dapat mengirimkan resepnya ke majalah dan koran untuk dimuat dengan imbalan biaya. Sama seperti hobi lain yang gagasannya bisa dikomunikasikan: Dari hobi otomotif sampai bermain catur.

Online
Meski menulis bisa dilakukan oleh siapa saja, Sulak tetap menyarankan calon penulis untuk belajar bagaimana cara menulis. ''Teknik menulis harus dipelajari, sisi artistiknya silakan mengembangkan sendiri,'' pesannya. Ibarat membuat kusen, semua orang bisa memahat kayu, tapi tekniknya perlu diketahui biar kusen itu benar-benar bisa digunakan. ''Kalau tidak cuma akan jadi lelah memukul kayu,'' kata dia. Menurut Sulak, belajar juga bisa dilakukan sendiri. ''Meski upayanya harus ekstrakeras,'' katanya.

Belajar menulis sendirian, berarti tidak ada yang mengawasi proses belajar itu. ''Berpayah-payah mempelajari hal mendasar tentang menulis adalah jalan menuju lahirnya penulis yang baik,'' kata Sulak. Bila belajar menjadi kendala mereka yang sibuk, solusinya adalah sekolah online. Pengajar kelas menulis online di www.belajarmenulis.com, Jon Riah Ukur, mengatakan sebenarnya belajar menulis tidak sesulit yang dikira. ''Kalau dilatih bisa jadi gampang,'' ujar pria yang biasa dipanggil Jonru itu.

Sesuai namanya, maka kelas online Jonru tidak membutuhkan tatap muka antara pengajar dan murid. Siswa bebas mengatur jadwal kelasnya sesuai kesibukan masing-masing. Ruang kelas jadinya bisa terwujud di mana saja. ''Kalau pakai laptop latihannya jadi bisa dilakukan di mal, misalnya, sembari bercengkerama dengan keluarga,'' ujarnya. Kendati belajar online, seminggu dua kali murid-murid 'bertemu' dengan guru dan satu sama lain di dunia maya. ''Kami konferensi lewat chatting,'' terang Jonru.

Dalam ajang pertemuan itu murid bebas membahas materi pelajaran, termasuk membagi pengalaman menulisnya dengan seluruh rekan sekelasnya. Di sekolah online murid dipaksa belajar mandiri. Sekolah online memang tidak sama dengan kelas reguler. ''Kadang, jadinya kurang sreg kalau tidak bertemu langsung,'' sambung Jonru. Tapi, dia menegaskan kekurangan itu bisa sedikit terobati karena murid bisa berkomunikasi via telepon dengan para pengajar di belajarmenulis.com untuk membahas pelajaran./ind

http://www.republika.co.id/berita/223.html

Selasa, 13 Januari 2009

MANAJEMEN KINERJA GURU

MANAJEMEN KINERJA GURU

Diterbitkan 3 Februari 2008 manajemen pendidikan
Tags: administrasi pendidikan, artikel, berita, KTSP, manajemen pendidikan, opini, umum
Oleh : Akhmad Sudrajat. M.Pd.”))

Dalam perspektif manajemen, agar kinerja guru dapat selalu ditingkatkan dan mencapai standar tertentu, maka dibutuhkan suatu manajemen kinerja (performance management). Dengan mengacu pada pemikiran Robert Bacal (2001) dalam bukunya Performance Management di bawah ini akan dibicarakan tentang manajemen kinerja guru.
Robert Bacal mengemukakan bahwa manajemen kinerja, sebagai :
… sebuah proses komunikasi yang berkesinambungan dan dilakukan dalam kemitraan antara seorang karyawan dan penyelia langsungnya. Proses ini meliputi kegiatan membangun harapan yang jelas serta pemahaman mengenai pekerjaan yang akan dilakukan. Ini merupakan sebuah sistem. Artinya, ia memiliki sejumlah bagian yang semuanya harus diikut sertakan, kalau sistem manajemen kinerja ini hendak memberikan nilai tambah bagi organisasi, manajer dan karyawan.
Dari ungkapan di atas, maka manajemen kinerja guru terutama berkaitan erat dengan tugas kepala sekolah untuk selalu melakukan komunikasi yang berkesinambungan, melalui jalinan kemitraan dengan seluruh guru di sekolahnya. Dalam mengembangkan manajemen kinerja guru, didalamnya harus dapat membangun harapan yang jelas serta pemahaman tentang :
Fungsi kerja esensial yang diharapkan dari para guru.
1.Seberapa besar kontribusi pekerjaan guru bagi pencapaian tujuan pendidikan di sekolah.melakukan pekerjaan dengan baik”
2.Bagaimana guru dan kepala sekolah bekerja sama untuk mempertahankan, memperbaiki, maupun mengembangkan kinerja guru yang sudah ada sekarang.
3.Bagaimana prestasi kerja akan diukur.
4.Mengenali berbagai hambatan kinerja dan berupaya menyingkirkannya.
Selanjutnya, Robert Bacal mengemukakan pula bahwa dalam manajemen kinerja diantaranya meliputi perencanaan kinerja, komunikasi kinerja yang berkesinambungan dan evaluasi kinerja.
Perencanaan kinerja merupakan suatu proses di mana guru dan kepala sekolah bekerja sama merencanakan apa yang harus dikerjakan guru pada tahun mendatang, menentukan bagaimana kinerja harus diukur, mengenali dan merencanakan cara mengatasi kendala, serta mencapai pemahaman bersama tentang pekerjaan itu.
Komunikasi yang berkesinambungan merupakan proses di mana kepala sekolah dan guru bekerja sama untuk saling berbagi informasi mengenai perkembangan kerja, hambatan dan permasalahan yang mungkin timbul, solusi yang dapat digunakan untuk mengatasi berbagai masalah, dan bagaimana kepala sekolah dapat membantu guru. Arti pentingnya terletak pada kemampuannya mengidentifikasi dan menanggulangi kesulitan atau persoalan sebelum itu menjadi besar.
Evaluasi kinerja adalah salah satu bagian dari manajemen kinerja, yang merupakan proses di mana kinerja perseorangan dinilai dan dievaluasi. Ini dipakai untuk menjawab pertanyaan, “ Seberapa baikkah kinerja seorang guru pada suatu periode tertentu ?”. Metode apapun yang dipergunakan untuk menilai kinerja, penting sekali bagi kita untuk menghindari dua perangkap. Pertama, tidak mengasumsikan masalah kinerja terjadi secara terpisah satu sama lain, atau “selalu salahnya guru”. Kedua, tiada satu pun taksiran yang dapat memberikan gambaran keseluruhan tentang apa yang terjadi dan mengapa. Penilaian kinerja hanyalah sebuah titik awal bagi diskusi serta diagnosis lebih lanjut.
Sementara itu, Karen Seeker dan Joe B. Wilson (2000) memberikan gambaran tentang proses manajemen kinerja dengan apa yang disebut dengan siklus manajemen kinerja, yang terdiri dari tiga fase yakni perencanaan, pembinaan, dan evaluasi.
Perencanaan merupakan fase pendefinisian dan pembahasan peran, tanggung jawab, dan ekpektasi yang terukur. Perencanaan tadi membawa pada fase pembinaan,– di mana guru dibimbing dan dikembangkan – mendorong atau mengarahkan upaya mereka melalui dukungan, umpan balik, dan penghargaan. Kemudian dalam fase evaluasi, kinerja guru dikaji dan dibandingkan dengan ekspektasi yang telah ditetapkan dalam rencana kinerja. Rencana terus dikembangkan, siklus terus berulang, dan guru, kepala sekolah, dan staf administrasi , serta organisasi terus belajar dan tumbuh.
Setiap fase didasarkan pada masukan dari fase sebelumnya dan menghasilkan keluaran, yang pada gilirannya, menjadi masukan fase berikutnya lagi. Semua dari ketiga fase Siklus Manajemen Kinerja sama pentingnya bagi mutu proses dan ketiganya harus diperlakukan secara berurut. Perencanaan harus dilakukan pertama kali, kemudian diikuti Pembinaan, dan akhirnya Evaluasi.
Dengan tidak bermaksud mengesampingkan arti penting perencanaan kinerja dan pembinaan atau komunikasi kinerja. Di bawah ini akan dipaparkan tentang evaluasi kinerja guru. Bahwa agar kinerja guru dapat ditingkatkan dan memberikan sumbangan yang siginifikan terhadap kinerja sekolah secara keseluruhan maka perlu dilakukan evaluasi terhadap kinerja guru. Dalam hal ini, Ronald T.C. Boyd (2002) mengemukakan bahwa evaluasi kinerja guru didesain untuk melayani dua tujuan, yaitu : (1) untuk mengukur kompetensi guru dan (2) mendukung pengembangan profesional. Sistem evaluasi kinerja guru hendaknya memberikan manfaat sebagai umpan balik untuk memenuhi berbagai kebutuhan di kelas (classroom needs), dan dapat memberikan peluang bagi pengembangan teknik-teknik baru dalam pengajaran, serta mendapatkan konseling dari kepala sekolah, pengawas pendidkan atau guru lainnya untuk membuat berbagai perubahan di dalam kelas.
Untuk mencapai tujuan tersebut, seorang evaluator (baca: kepala sekolah atau pengawas sekolah) terlebih dahulu harus menyusun prosedur spesifik dan menetapkan standar evaluasi. Penetapan standar hendaknya dikaitkan dengan : (1) keterampilan-keterampilan dalam mengajar; (2) bersifat seobyektif mungkin; (3) komunikasi secara jelas dengan guru sebelum penilaian dilaksanakan dan ditinjau ulang setelah selesai dievaluasi, dan (4) dikaitkan dengan pengembangan profesional guru .
Para evaluator hendaknya mempertimbangkan aspek keragaman keterampilan pengajaran yang dimiliki guru. dan menggunakan berbagai sumber informasi tentang kinerja guru, sehingga dapat memberikan penilaian secara lebih akurat. Beberapa prosedur evaluasi kinerja guru yang dapat digunakan oleh evaluator, diantaranya :
1.Mengobservasi kegiatan kelas (observe classroom activities). Ini merupakan bentuk umum untuk mengumpulkan data dalam menilai kinerja guru. Tujuan observasi kelas adalah untuk memperoleh gambaran secara representatif tentang kinerja guru di dalam kelas. Kendati demikian, untuk memperoleh tujuan ini, evaluator dalam menentukan hasil evaluasi tidak cukup dengan waktu yang relatif sedikit atau hanya satu kelas. Oleh karena itu observasi dapat dilaksanakan secara formal dan direncanakan atau secara informal dan tanpa pemberitahuan terlebih dahulu sehingga dapat diperoleh informasi yang bernilai (valuable)
2.Meninjau kembali rencana pengajaran dan catatan – catatan dalam kelas. Rencana pengajaran dapat merefleksikan sejauh mana guru dapat memahami tujuan-tujuan pengajaran. Peninjauan catatan-cataan dalam kelas, seperti hasil test dan tugas-tugas merupakan indikator sejauhmana guru dapat mengkaitkan antara perencanaan pengajaran , proses pengajaran dan testing (evaluasi).
3.Memperluas jumlah orang-orang yang terlibat dalam evaluasi. Jika tujuan evaluasi untuk meningkatkan pertumbuhan kinerja guru maka kegiatan evaluasi sebaiknya dapat melibatkan berbagai pihak sebagai evaluator, seperti : siswa, rekan sejawat, dan tenaga administrasi. Bahkan self evaluation akan memberikan perspektif tentang kinerjanya. Namun jika untuk kepentingan pengujian kompetensi, pada umumnya yang bertindak sebagai evaluator adalah kepala sekolah dan pengawas.
Setiap hasil evaluasi seyogyanya dilaporkan. Konferensi pasca-observasi dapat memberikan umpan balik kepada guru tentang kekuatan dan kelemahannya. Dalam hal ini, beberapa hal yang harus diperhatikan oleh evaluator : (1) penyampaian umpan balik dilakukan secara positif dan bijak; (2) penyampaian gagasan dan mendorong untuk terjadinya perubahan pada guru; (3) menjaga derajat formalitas sesuai dengan keperluan untuk mencapai tujuan-tujuan evaluasi; (4) menjaga keseimbangan antara pujian dan kritik; (5) memberikan umpan balik yang bermanfaat secara secukupnya dan tidak berlebihan.
Sumber Bacaan :
Bacal, Robert. 2001. Performance Management. Terj.Surya Darma dan Yanuar Irawan. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.
Boyd, Ronald T. C. 1989. Improving Teacher Evaluations; Practical Assessment, Research& Evaluation”. ERIC Digest. .
Seeker, Karen R. dan Joe B. Wilson. 2000. Planning Succesful Employee Performance (terj. Ramelan). Jakarta : PPM.
*)) Akhmad Sudrajat, M.Pd. adalah staf pengajar pada Program Studi PE-AP FKIP-UNIKU dan Pengawas Sekolah di lingkungan Dinas Pendidikan Kabupaten Kuningan

http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/02/03/manajemen-kinerja-guru/

Senin, 12 Januari 2009

belajar bisnis online dari internet

belajar bisnis online dari internet

Senin, 2009 Januari 12

Saya akan ajarkan kepada Anda berbagai cara untuk berbisnis dari internet dan mendapat uang dengan mudah dan melimpah melalui jalan-jalan yang halal, legal, elegan dan terhormat!
Kali ini saya akan membahas tentang berbagai keuntungan, keunggulan dan kendala dalam berbisnis online, berikut dengan solusinya. :D

Ya, kita mulai saja dengan berbagai keuntungan dan keunggulan dalam berbisnis online.
Ada banyak alasan mengapa bisnis online semakin berkembang. Hal ini karena banyak keunggulan dan keuntungan yang ada pada penerapan bisnis online itu sendiri.
Lalu, apa saja keuntungan/keunggulan bisnis online? Beberapa keuntungan tersebut antara lain :
1. Beroperasi 24 jam sehari.
2. Modal/biaya yang diperlukan murah bahkan boleh dibilang sangat murah (bukan berarti tidak memerlukan biaya sama sekali).
3. Tidak perlu banyak pekerja (karyawan) untuk mengelola dan menjalankannya, karena Anda sendiri dapat melakukannya.
4. Sifatnya otomatis dan mudah dalam pengoperasian.
5. Tidak terikat oleh tempat, waktu dan keadaan. Kapan, dimana dan dalam keadaan apapun Anda tetap bisa menjalankan bisnis Anda, sehingga tidak memerlukan tempat khusus.
6. Prospeknya cenderung meningkat, karena dengan mudah dapat diketahui dan diakses oleh orang lain yang berarti bisnis Anda akan sangat mudah tersebar luas.
7. Banyak jenis dan macamnya. Anda dapat memilih bisnis yang sesuai dengan keahlian, kemampuan atau kesenangan Anda.
8. Tidak harus secara khusus menentukan target/sasaran pemasaran bisnis Anda.
9. Dapat dijalankan oleh hampir semua orang, selama mereka memiliki waktu, tenaga dan usaha untuk melakukannya.
10. Pemasukan (income) yang diperoleh mungkin sangat tidak terduga (banyaknya).
11. Aman dari risiko-risiko fisik bisnis konvensional seperti kebakaran, penjarahan, perampokan dan lain-lain.
Lalu, apa masih ada kendala dalam berbisnis online?
Ya, tentu saja setiap bisnis pasti mempunyai berbagai kendala, tinggal bagaimana kita menemukan solusi untuk memecahkan kendala tersebut,
berikut ini berbagai kendala dan solusinya dalam berbisnis online :

1.
Kendala : Bisnis di Internet itu kebanyakan Penipuan, hal-hal yang dijual tidak ada wujudnya.
Solusi : Mungkin ada penipuan - penipuan bisnis di internet, tapi tidak semua bisnis
Online adalah penipuan sama halnya dalam bisnis konvesional, ada yang jujur ada juga penipuan. Jadi kita harus berani tapi tetap waspada dan hati-hati memilih bisnis Online.

2.
Kendala : Saya takut gagal, dan apa yang kita beli untuk belajar tidak menghasilkan Uang.
Solusi : Kalau takut gagal kapan mau mulainya. Bukankah kegagalan itu akan jadi
pembelajaran bagi kita. Hasil dalam belajar tidak langsung berupa Uang. Semangat, motivasi, pengalaman, keterampilan adalah hasil yang sangat berharga yang mungkin nantinya akan menghasilkan uang.

3.
Kendala : Saya tidak tahu mulai dari mana untuk berbisnis Online.
Solusi : Mulailah dari perubahan sikap. Pandangan positip terhadap bisnis ini adalah start
awal yang bagus sehingga kita bisa yakin akan keberhasilan bisnis ini. Nah untuk memulainya pelajari bisnis ini bisa dengan membaca buku, cari informasi di internet atau bahkan lewat panduan & konsultasi bisnis Online agar lebih terfokus.

4.
Kendala : Membuat situs Web itu pekerjaan yang susah dan hanya dilakukan oleh Ahli
komputer.
Solusi : Sekarang pembuatan Web sudah sangat gampang sekali kerena sudah banyak template/script yang mempermudah pembuatan website.

5.
Kendala : Saya tidak punya modal yang besar.
Solusi : Untuk berbisnis Online kita tidak harus membutuhkan modal yang besar. Bahkan modal terhubung ke internet aja sudah cukup. Website sudah bisa dibuat dengan gratis. Jika kita mau menjual barang berwujud bahkan kita tidak perlu memiliki stok, kita bisa bekerja sama dengan pihak supplier sebagai penyedia barang. Dengan begitu bisnis ini nyaris tanpa modal.

6.
Kendala : Di Internetkan sudah banyak saingannya, mungkin saya tidak akan berhasil.
Solusi : Internet itu lahan yang luas sekali bukan hanya di lokal saja tapi seluruh dunia. Jadi peluang sangat terbuka lebar. Bahkan pasar di internet makin bertambah seiring bertambahnya pengguna internet.

7.
Kendala : Saya tidak mahir bahasa Inggris.
Solusi : Jika kita tidak bisa bahasa Inggris coba cari pasar untuk lokal dulu saja, kan cukup besar juga, tapi jika memang mau ke pasar internasional kita bisa mencari jasa penterjemah. Sekarang banyak penyedia jasa-jasa penterjemah sambil sedikit-sedikit kita juga belajar bahasa inggris.

8.
Kendala : Saya sangat sibuk dan tidak punya banyak waktu.
Solusi : Bisnis ini tidak harus selalu dikerjakan setiap saat atau di tunggu seperti di toko/warung biasa. Kita bisa melakukan pekerjaan beberapa saat saja lalu tinggal tunggu hasilnya. Kita juga bisa melakukannya dimana saja asal terhubung ke internet. Bisnis Online bisa dijadikan bisnis sambilan sehingga kita bisa melakukan aktifitas kita seperti biasa.

9.
Kendala : Berat bagi saya untuk terhubung ke internet selama 24 jam.
Solusi : Kita tidak usah terhubung ke internet selama 24 jam. Kita bisa terhubung saat kita memerlukan saja, misalnya ngecek dan melakukan transaksi.

Demikian Berbagai Pembahasan Tentang Bisnis Online, kesimpulannya dalam melakukan bisnis online kita cukup memerlukan Keberanian, Semangat, dan Motivasi yang tinggi saja.

http://strategicariduit.blogspot.com/

Minggu, 11 Januari 2009

Menyikapi Anak Bolos Sekolah

Menyikapi Anak Bolos Sekolah

By Republika Newsroom
Senin, 05 Januari 2009 pukul 16:29:00
AMIN MADANI/DOK REPUBLIKA

MENARIK: Siswa perlu diajak dalam kegiatan belajar mengajar yang menarik minat, sehingga dapat menekan angka membolos.

JAKARTA-- Pemandangan anak-anak yang membolos dari sekolah pada jam pelajaran tampaknya tak asing lagi. Seperti terlihat di sebuah warung internet (warnet) pada pukul 10.00 di kawasan timur Jakarta yang penuh dengan anak-anak usia sekolah dasar (SD) dan menengah pertama (SMP).
Sebagian anak melepaskan seragam sekolah mereka, tampak asyik bermain game online. Tangan dan mata mereka tidak lepas-lepas dari layar dan keyboard komputer.
Salah seorang siswa kelas 4 SD, Adi mengaku bermain game online diwarnet karena masuk siang. Hal serupa dinyatakan oleh Rizal teman sekelas Adi. "Masuk siang, jadi main game dulu," ungkap Rizal.

Sebagai pengisi waktu luang rasanya bermain game di warnet tidak tepat. Apalagi jika bermain game di warnet sampai harus bolos seperti yang dilakukan Evin dan Taufik siswa kelas 3 SMP di Lubang Buaya, Jakarta Timur.
"Habis bete di sekolah. Tidak enak," kata Evin. Sungguh mengagetkan bukan? Bahkan ketika ditanya tidak takut dimarahi orang tua karena membolos, dengan entengnya mereka menjawab, "Kan tidak ketahuan".

Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak, Seto Mulyadi mengatakan kebiasaan anak menghabiskan waktu luang atau membolos saat jam sekolah salah satunya disebabkan karena pelajaran atau kegiatan di sekolah tidak menarik.
"Kalau diperhatikan, anak-anak akan berteriak bahagia ketika mendengar bel istirahat atau bel pulang sekolah," ungkap Kak Seto, beberapa waktu lalu di Jakarta.

Lebih lanjut Kak Seto mengatakan, para akedimisi seharusnya lebih memperhatikan kegiatan yang menarik di sekolah sehingga perhatian anak akan fokus pada kegiatan positif di sekolah.
Dia menunjuk, sekolah negeri dan perangkatna yang masih kurang maksimal dalam mengajar kreatif. Bahkan Kak Seto menegaskan, belajar bukanlah kewajiban melainkan hak anak.

"Banyak guru yang tidak melihat proses kreativitas anak. Padahal tipe kecerdasan dan gaya belajar anak yang satu dengan yang lainnya berbeda, tapi semuanya disama ratakan. Ini yang membuat anak tidak betah ada di ruang kelas," paparnya.

Bermain game di komputer dengan waktu yang lama mengakibatkan anak menjadi pribadi yang tidak peduli dengan lingkungan. Hal tersebut disampaikan oleh sekretaris jenderal Yayasan Cinta Anak Bangsa, Iskandar Hukom.
"Anak-anak terpaku pada layar monitor, kehidupan sosial mereka terganggu karena mereka sibuk dengan permainan yang ada di komputer," ungkap Iskandar Hukom.

Dampak yang timbul akibat kebiasaan anak bermain game di komputer dalam waktu yang lama bukan saja mengganggu aktivitas belajar mereka tapi juga mereka tidak memiliki fighting spirit. Menurut Iskandar Hukom keadaan ini disebabkan kebutuhan anak bertarung sudah dipenuhi dengan bermain game. "Mereka jadi tidak punya sifat kompetitif dan tantangannya nol," imbuhnya.

Perlu Perhatian Orang Tua
Untuk meghindari hal-hal yang buruk dimungkinkan dari kegiatan membolos, Kak Seto menekankan pada sistem pendidikan yang harus bisa melihat dan memproses kecerdasan masing-masing anak. "Kecerdasan anak berbeda, sehingga pendekatannya pun berbeda," kata Kak Seto.
Dia menuturkan, alternatif home schooling merupakan salah satu pilihan agar anak dapat berkembang sesuai kemampuan yang dimiliki dan kegiatan belajar menjadi hal yang menarik. "Pengalaman saya anak-anak yang home schooling merasa senang dengan belajar. Ketika ditanya apa yang mereka gemari, jawabannya adalah belajar," imbuhnya.

Kak Seto juga menekankan akan kebutuhan anak memiliki lahan bermain yang luas dan terbuka. Dia menyayangkan sudah sangat sedikit sekali lahan terbuka untuk bermain. Padahal dengan bermain di lahan terbuka pikiran dan tubuh mereka akan lebih fresh. Selain itu kegiatan sosial dan solidaritas mereka dapat terbangun.

Iskandar Hukom mengamini hal tersebut. Menurutnya dengan bermain game di komputer berlama-lama fisik anak akan terganggu.
"Mata mereka harus menatap layar komputer berjam-jam, selain itu mereka juga tidak ada pergerakan," ungkapnya. Oleh karena itu penyediaan lahan terbuka memang sangat dibutuhkan agar anak bisa bermain dengan cara yang menyenangkan tapi juga memiliki dampak yang positif.

Lebih lanjut dia mengatakan kontrol orang tua harus lebih ditingkatkan. Menurutnya orang tua harus punya aturan yang tegas.
"Saya tidak pernah meletakkan komputer di dalam kamar anak-anak, biar saya bisa mengontrol apa yang mereka lakukan dengan komputer. Selain itu saya tidak memperbolehkan mereka membeli kaset-kaset game apalagi yang berunsur kekerasan," paparnya. (cr1/ri)

http://www.republika.co.id/berita/24332.html

Senin, 05 Januari 2009

KONSEP DISIPLIN KERJA

KONSEP DISIPLIN KERJA

Diterbitkan 5 Nopember 2008 manajemen pendidikan
Tags: administrasi pendidikan, berita, disiplin, makalah, manajemen pendidikan, opini, umum

Disiplin merupakan kata yang sering kita dengar dalam kehidupan sehari-hari, biasanya menunjuk pada ketaatan atau kepatuhan seseorang teradap suatu aturan. Untuk lebih jelasnya, berikut ini dikemukakan beberapa pengertian disiplin dari beberapa ahli. Ametembun (1981) mengemukakan bahwa disiplin yaitu suatu keadaan tertib dimana para pengikut tunduk dengan senang hati pada ajaran pemimpinnya. Hadari Nawawi (1985) menyebutkan “disiplin atau tata tertib diartikan sebagai kesediaan mematuhi ketentuan berupa peraturan-peraturan yang secara eksplisit perlu juga mecakup sangsi-sangsi yang akan diterima jika terjadi pelanggaran terhadap ketentuan-ketentuan tersebut. Menurut Soegeng Prijodarminto (1992) bahwa disiplin adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, ketenteraman, ketearturan, dan ketertiban. Dalam kaitannya dengan disiplin kerja, Siswanto (1989) mengemukakan disiplin kerja sebagai suatu sikap menghormati, menghargai patuh dan taat terhadap peraturan-peraturan yang berlaku baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis serta sanggup menjalankannya dan tidak mengelak menerima sanksi-sanksi apabila ia melanggar tugas dan wewenang yang diberikan kepadanya. Sementara itu, Jerry Wyckoff dan Barbara C. Unel, (1990) mendefinisikan disiplin sebagai suatu proses bekerja yang mengarah kepada ketertiban dan pengendalian diri.
Dari beberapa pengertian yang diungkapkan di atas tampak bahwa disiplin pada dasarnya merupakan tindakan manajemen untuk mendorong agar para anggota organisasi dapat memenuhi berbagai ketentuan dan peraturan yang berlaku dalam suatu organisasi, yang di dalamnya mencakup: (1) adanya tata tertib atau ketentuan-ketentuan; (2) adanya kepatuhan para pengikut; dan (3) adanya sanksi bagi pelanggar
Pada bagian lain, Jerry Wyckoff dan Barbara C. Unel, (1990) menyebutkan bahwa disiplin kerja adalah kesadaran, kemauan dan kesediaan kerja orang lain agar dapat taat dan tunduk terhadap semua peraturan dan norma yang berlaku, kesadaaran kerja adalah sikap sukarela dan merupakan panggilan akan tugas dan tanggung jawab bagi seorang karyawan. Karyawan akan mematuhi atau mengerjakan semua tugasnya dengan baik dan bukan mematuhi tugasnya itu dengan paksaan. Kesediaan kerja adalah suatu sikap perilaku dan perbuatan seseorang yang sesuai dengan tugas pokok sebagai seorang karyawan. Karyawan harus memiliki prinsip dan memaksimalkan potensi kerja, agar karyawan lain mengikutinya sehingga dapat menanamkan jiwa disiplin dalam bekerja.
Menurut Wayne Mondy dan Robert M. Noe (1990) disiplin adalah status pengendalian diri seseorang karyawan, sebagai tanda ketertiban dan kerapian dalam melakukan kerjasama dari sekelompok unit kerja di dalam suatu organisasi (someone status selfcontrol as orderliness sign order and accuration in doing cooperation from a group of unit work in a organization)
Jackclass (1991) membedakan disiplin dalan dua kategori, yaitu self dicipline dan social dicipline. Self dicipline merupakan disiplin pribadi karyawan yang tercermin dari pribadinya dalam melakukan tugas kerja rutin yang harus dilaksanakan, sedangkan social dicipline adalah pelaksanaan disiplin dalam organisasi secara keseluruhan.
Menurut Daniel M. Colyer. 1991), disiplin pada umumnya termasuk dalam aspek pengawasan yang sifatnya lebih keras dan tegas (hard and coherent). Dikatakan keras karena ada sanksi dan dikatakan tegas karena adanya tindakan sanksi yang harus dieksekusi bila terjadi pelanggaran.
Terdapat dua jenis disiplin dalam organisasi, yaitu : (1) disiplin preventif dan (2) disiplin korektif (Sondang P. Siagaan, 1996). Disiplin preventif adalah tindakan yang mendorong para karyawan untuk taat kepada berbagai ketentuan yang berlaku dan memenuhi standar yang telah ditetapkan. Artinya melalui kejelasan dan penjelasan tentang pola sikap, tindakan dan prilaku yang diinginkan dari setiap anggota organisasi, untuk mencegah jangan sampai para karyawan berperilaku negatif. Keberhasilan penerapan pendisiplinan karyawan (disiplin preventif) terletak pada disiplin pribadi para anggota organisasi. Dalam hal ini terdapat tiga hal yang perlu mendapat perhatian manajemen di dalam penerapan disiplin pribadi, yaitu :Triguno (2000) menyebutkan bahwa tujuan pokok dari pendisiplinan preventif adalah untuk mendorong karyawan agar memiliki disiplin pribadi yang tinggi, agar peran kepemimpinan tidak terlalu berat dengan pengawasan, yang dapat mematikan prakarsa, kreativitas serta partisipasi sumber daya manusia.
1. Para anggota organisasi perlu didorong, agar mempunyai rasa memiliki organisasi, karena secara logika seseorang tidak akan merusak sesuatu yang menjadi miliknya.
2. Para karyawan perlu diberi penjelasan tentang berbagai ketentuan yang wajib ditaati dan standar yang harus dipenuhi. Penjelasan dimaksudkan seyogyanya disertai oleh informasi yang lengkap mengenai latar belakang berbagai ketentuan yang bersifat normatif.
3. Para karyawan didorong, menentukan sendiri cara-cara pendisiplinan diri dalam rangka ketentuan-ketentuan yang berlaku umum bagi seluruh anggota organisasi.
Disiplin korektif adalah upaya penerapan disiplin kepada karyawan yang nyata-nyata telah melakukan pelanggaran atas ketentuan-ketentuan yang berlaku atau gagal memenuhi standar yang telah ditetapkan dan kepadanya dikenakan sanksi secara bertahap. Horald D. Garret. (1994) menyebutkan bahwa bila dalam instruksinya seorang karyawan dari unit kelompok kerja memiliki tugas yang sudah jelas dan sudah mendengarkan masalah yang perlu dilakukan dalam tugasnya, serta pimpinan sudah mencoba untuk membantu melakukan tugasnya secara baik, dan pimpinan memberikan kebijaksanaan kritikan dalam menjalankan tugasnya, namun seseorang karyawan tersebut masih tetap gagal untuk mencapai standar kriteria tata tertib, maka sekalipun agak enggan, maka perlu untuk memaksa dengan menggunakan tindakan korektif, sesuai aturan disiplin yang berlaku.
Tindakan sanksi korektif seyogyanya dilakukan secara bertahap, mulai dari yang paling ringan hingga yang paling berat. Sayles dan Strauss menyebutkan empat tahap pemberian sanksi korektif, yaitu: (1) peringatan lisan (oral warning), (2) peringatan tulisan (written warning), (3) disiplin pemberhentian sementara (discipline layoff), dan (4) pemecatan ( discharge ).
Di samping itu, dalam pemberian sanksi korektif seyogyanya memperhatikan tiga hal berikut: (1) karyawan yang diberikan sanksi harus diberitahu pelanggaran atau kesalahan apa yang telah diperbuatnya; (2) kepada yang bersangkutan diberi kesempatan membela diri dan (3) dalam hal pengenaan sanksi terberat, yaitu pemberhentian, perlu dilakukan “wawancara keluar” (exit interview) pada waktu mana dijelaskan antara lain, mengapa manajemen terpaksa mengambil tindakan sekeras itu.
Burack (1993) mengingatkan bahwa pemberian sanksi korektif yang efektif terpusat pada sikap atau perilaku seseorang dalam unit kelompok kerja yang melakukan kesalahan dalam melakukan kegiatan kerja dan bukan karena kepribadiannya. Untuk itu, dalam penerapan sanksi korektif hendaknya hati-hati jangan sampai merusak seseorang maupun suasana organisasi secara keseluruhan. Dalam pemberian sanksi korektif harus mengikuti prosedur yang benar sehingga tidak berdampak negatif terhadap moral kerja anggota kelompok. Ada beberapa pengaruh negatif bilamana tindakan sanksi korektif dilakukan secara tidak benar, yaitu: (1) disiplin manajerial, (2) disiplin tim, (3) disiplin diri. (Robert F. Hopkins, 1996). Pengaruh negatif atas penerapan tindakan sanksi korektif yang tidak benar akan berpengaruh terhadap kewibawaan manajerial yang akan jadi menurun, demikian juga dalam tindakan sanksi korektif dalam tim yang tidak benar dapat berakibat terhadap kurangnya partisipasi karyawan terhadap organisasi, dimana kerja tim akan menjadi tidak bersemangat dalam melaksanakan tugas kerja samanya, dan menjadi tercerai berai karena kesalahan tindakan disiplin tim.

http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/11/05/konsep-disiplin-kerja/

KONSEP PENILAIAN PORTOFOLIO GURU

KONSEP PENILAIAN PORTOFOLIO GURU

Diterbitkan 21 Nopember 2008 manajemen pendidikan
Tags: berita, makalah, opini. artikel, pendidikan, portofolio guru

Dengan meminjam pemikiran Peter Doolittle (1994) dalam ERIC Clearinghouse on Assessment and Evaluation Washington DC, di bawah ini akan diuraikan tentang apa dan bagaimana pengukuran portofolio guru ?

Apa pengukuran portofolio guru itu?

Portofolio guru merupakan suatu kumpulan dari pekerjaan yang dihasilkan oleh seorang guru, yang didesain untuk menggambarkan talenta yang dimilikinya. Portofolio guru dikonstruksi oleh guru itu sendiri yang menyoroti dan memperlihatkan tentang pengetahuan dan keterampilannya dalam proses belajar mengajar.
Portofolio dapat dijadikan sebagai bahan refleksi. Dalam arti, untuk mengkritisi dan mengevaluasi efektivitas pekerjaan yang dilakukan guru yang bersangkutan, baik dalam hal pengajaran maupun tentang interaksinya dengan siswa atau rekan sejawat.
Apa yang harus tercakup atau terkait dalam portofolio guru sesungguhnya tergantung bagaimana portofolio itu akan digunakan. Sebuah portofolio dapat mencakup beberapa hal berikut ini :
• Latar belakang guru. (teacher background)
• Deskripsi kelas: waktu, tingkatan dan isi. (class description: time, grade and content).
• Ujian tertulis : (National Teacher’s Exam, State licensure tests)
• Pernyataan Pribadi (A personal statement) tentang filsafat dan tujuan pengajaran.
• Dokumentasi tentang upaya peningkatan kemampuan dalam mengajar, seperti : seminar, loka karya, penataran dan sebagainya.
• Implementasi tentang rencana, selebaran (handouts) dan catatan-catatan pengajaran.
• Catatan nilai pekerjaan siswa, seperti tes, quiz dan class projects
• Video/Audio Tape tentang pengajaran di kelas
• Catatan observasi dari rekan sejawat
• Refleksi tertulis tentang pengajaran
Seringkali terjadi miskonsepsi seolah-olah portofolio guru hanya merupakan kumpulan yang hanya menampung tentang pengajaran dan evaluasi yang dilakukan oleh seorang guru. Padahal secara ideal, portofolio merupakan sebuah dokumen yang diciptakan oleh guru, yang menyatakan, menghubungkan dan menggambarkan kewajiban, tingkat kemahiran dan pertumbuhannya dalam pengajaran. Setiap portofolio hendaknya didokumentasikan dalam sebuah appendiks atau sebuah referensi. Ukuran sebuah portofolio beragam, tetapi pada umumnya dua sampai dengan sepuluh halaman, termasuk apendiks.

Bagaimana portofolio guru digunakan?

Portofolio guru merupakan sebuah alat pendidikan (education tool), yang pada umumnya digunakan dalam dua cara. Pertama, portofolio digunakan sebagai tujuan untuk mengevaluasi tentang efektivitas dalam mengajar yang otentik yang dapat diguna kepentingan pemberian lisensi (licensure) atau membuat keputusan tentang ketenagakerjaan (employment decision). Kedua, portofolio guru digunakan untuk kepentingan umpan balik bagi guru yang bersangkutan sehingga dapat meningkatkan pengajaran dan derajat profesinalismenya.
Sebagai suatu bentuk pengukuran yang otentik, portofolio guru memiliki peranan penting dari keseluruhan evaluasi tentang guru. Beberapa universitas di Amerika, seperti : University of Colorado , Marquette University and Murray State University, sekarang telah menggunakan portofolio untuk keputusan personil.
Kendati demikian, penggunaan portofolio guru untuk keputusan tingkat tinggi, seperti untuk program sertifikasi agaknya sulit untuk dilaksanakan, karena alasan faktor subyektivitas, keragaman isi dan konstruksi, serta tidak adanya konsensus tentang apa yang seharusnya diketahui dan dilakukan oleh seorang guru (what a teacher should know and be able to do).
Portofolio digunakan untuk kepentingan pembuatan keputusan tentang personil yang cenderung bersifat fleksibel dan subyektif. Konstruksi portofolio bersifat unik dan disesuaikan dengan individu yang bersangkutan.

Langkah-Langkah untuk Mengimplentasikan Program Portofolio
1. Memulai secara perlahan-lahan (start slowly); Untuk melembagakan pengukuran portofio, baik untuk kepentingan kemahiran maupun pertumbuhan memang tidak bisa dilaksanakan secara tergesa-gesa dan membutuhkan waktu untuk pengembangan, implementasi hingga penentuan regulasi tentang program portofio.
2. Memperoleh Penerimaan (gain acceptance). Penerimaan penggunaan portofolio sebagai alat pendidikan oleh pihak administrator (baca: kepala sekolah) dan guru merupakan hal yang amat penting.
3. Pembentukan rasa memiliki; Setiap guru harus dilibatkan dari mulai sampai dengan pengembangan program portofolio. Sehingga terbentuk rasa memiliki tentang aturan dan penggunaan program
4. Mengkomunikasikan implementasi. Guru membutuhkan kejelasan bagaimana portofolio digunakan. Untuk itu, perlu adanya upaya untuk mengkomunikasikan segala sesuatunya yang berkenaan dengan program portofolio secara detail.
5. Selektif.Portofolio berisi item-item yang terseleksi secara hati-hati yang merefleksikan substansi dari kemahiran dan prestasi seorang guru.
6. Realistik. Portofolio hanya merupakan salah bentuk pengukuran otentik yang hendaknya digunakan sebagai salah satu bagian saja dari proses pengukuran untuk menunjang pengukuran-pengukuran lainnya.

http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/11/21/konsep-penilaian-portofolio-guru/

Sabtu, 03 Januari 2009

GURU BERUBAH VS MENYONGSONG BERKAH SERTIFIKASI KUOTA 2009

GURU BERUBAH VS MENYONGSONG BERKAH SERTIFIKASI KUOTA 2009

Mestinya menjadi profesional adalah idaman setiap guru. Walaupun mereka paham bahwa untuk mencapainya tidak semudah sewaktu mengharapkannya. Terutama ketika mau melangkah, belum apa-apa guru sudah harus berhadapan dengan prosedur standar yang ditetapkan oleh PP 19/2005. Di sini guru dituntut menjadi agen pembelajaran. Guru harus mengimplementasikan empat kompetensi yang wajib, meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial. Untuk membuktikannya, guru membutuhkan sertifikat pendidik sebagai tanda keprofesionalan, yang dapat diraihnya melewati proses sertifikasi guru dalam jabatan dengan cara penilaian portofolio atau pendidikan.
Sejujurnya, semua guru menginginkan sertifikat pendidik itu. Bila mengatakan tidak, ini cuma reaksi cara menanggapi sertifikasi guru dalam jabatan secara tidak seragam. Dan yang melegakan adalah kemauan mayoritas guru untuk berubah secara signifikan seiring dengan kebutuhannya akan sertifikat pendidik itu.
Demi tuntutan dokumen portofolio, mereka mulai menyadari untuk menjadi pengoleksi berbagai berkas bukti fisik kegiatan. Berkas-berkas itu mereka kumpulkan bahkan ada yang melakukannya terlalu gigih, sehingga memunculkan berbagai anekdot selain ekses-ekses yang negatif.
Sejalan dengan itu, para even organizer pun sangat tanggap dengan fenomena tersebut. Iklan demi iklan semiloka, workshop, atau seminar mulai marak ditawarkan. Tema-tema yang diusung cukup bervariasi mulai dari Penelitian Tindakan Kelas, Metode Pembelajaran Inovatif, Pembuatan Media Pembelajaran Alternatif, sampai Penulisan Artikel Pendidikan.
Bahkan ada workshop yang mencoba menawarkan solusi atas kegagalan guru-guru peserta proses sertifikasi menembus passing grade 850 sebagai syarat calon penerima sertifikat pendidik. Yang mengherankan, guru-guru pun bisa tertarik mengikutinya. Padahal untuk mengentaskan para peserta yang gagal sudah disiapkan diklat sepuluh hari sebagai penguatan kompetensi yang akan mampu meningkatkan nilai mereka.
Oleh karena itu, amat disayangkan jika niat baik penyelenggara semiloka, workshop, atau seminar dan sejenisnya hanya diikuti guru sebagai ajang menambah koleksi sertifikat, bukan mencari penguatan kompetensi.
Memang, guru harus menjadi manusia yang lebih baik daripada murid-muridnya. Jika banyak murid hanya menginginkan ijazah, tapi masa bodoh dengan cara memperoleh ilmunya, semoga tidak terjadi pula di kalangan guru. Barangkali kesimpulan ini agak menyakitkan, tetapi bagaimanapun bisa diterima, apabila memang sesungguhnya demikian yang terjadi. Walaupun di sisi lain, bukan demikian yang dimaksudkan oleh peraturan dan perundang-undangan. Sebab, sertifikat apapun namanya, tentunya harus menjadi berkah bagi mereka yang mau berubah.

http://masedlolur.wordpress.com/2008/12/29/guru-berubah-vs-menyongsong-berkah-sertifikasi-kuota-2009/

Jumat, 02 Januari 2009

EVALUASI KINERJA GURU OLEH SISWA

EVALUASI KINERJA GURU OLEH SISWA

Dalam manajemen kinerja, setiap guru harus dinilai kinerjanya sehingga dapat diketahui sejauhmana proses dan hasil kerja guru yang bersangkutan dalam melaksanakan tugas-tugas profesionalnya. Kendati demikian, selama ini, evaluasi kinerja guru cenderung banyak dilakukan oleh atasannya (baca: kepala sekolah atau pengawas sekolah), sementara siswa jarang dilibatkan untuk menilai kinerja gurunya.
Penilaian kinerja guru oleh siswa merupakan salah satu teknik penilaian untuk mengidentifikasi kinerja guru, yang hingga saat ini keberadaannya masih kontroversi.

Di satu pihak, ada sebagian orang yang berpendapat bahwa pelibatan siswa untuk mengukur kinerja guru kurang tepat. Berbeda dengan kepala sekolah atau pengawas sekolah yang memang telah dibekali pengetahuan dan keterampilan bagaimana seharusnya guru mengajar, sedangkan siswa dianggap kurang atau bahkan sama sekali tidak memiliki kematangan dan keahlian untuk melakukan penilaian tentang gaya mengajar guru. Selain itu, mereka menganggap bahwa siswa cenderung lebih mengukur popularitas dari pada kemampuan guru itu sendiri.

Di lain pihak, tidak sedikit pula yang memberikan dukungan terhadap penggunaan teknik penilaian kinerja guru oleh siswa. Aleamoni (1981) mengungkapkan argumentasi penggunaan teknik penilaian kinerja guru oleh siswa, yaitu:

1. Para siswa merupakan sumber informasi utama tentang lingkungan belajar, termasuk di dalamnya tentang motivasi dan kemampuan mengajar guru.

2. Para siswa pada dasarnya dapat menilai secara logis tentang kualitas, efektivitas, dan kepuasan dari materi dan metode pembelajaran yang dikembangkan guru.

3. Penilaian kinerja guru oleh siswa dapat mendorong terjadinya komunikasi antara siswa yang bersangkutan dengan gurunya, yang pada gilirannya dapat meningkatkan proses belajar mengajar.

4. Dalam mata pelajaran tertentu, hasil penilaian kinerja guru oleh siswa dapat dimanfaatkan untuk membantu siswa-siswa lain dalam memilih mata pelajaran dan memilih guru yang sesuai dengan dirinya.

5. Dalam pendidikan yang berorientasi pada mutu, siswa pada dasarnya merupakan pelanggan (costumer) utama yang harus didengar pendapat dan pemikirannya atas pelayanan pendidikan yang diberikan gurunya.

Menepis persoalan ketidakmatangan siswa untuk dilibatkan dalam evaluasi kinerja guru, studi yang dilakukan Peterson dan Kauchak (1982) menemukan bukti bahwa evaluasi kinerja guru oleh siswa ternyata dapat menunjukkan konsitensi dan reliabilitas yang tinggi dari satu tahun ke tahun berikutnya. Demikian juga, siswa ternyata dapat membedakan pengaruh pembelajaran yang efektif dan tidak efektif dilihat dari dimensi sikap, minat dan keakraban guru.

Memperhatikan pemikiran Aleamoni dan hasil studi yang dilakukan Peterson dan Kauchak tersebut, mungkin tidak ada salahnya di sekolah Anda mulai dikembangkan penilaian kinerja guru oleh siswa, baik yang digagas oleh siswa, guru atau kepala sekolah. Selama evaluasi kinerja oleh siswa ini didesain dan diadministrasikan sesuai dengan kaidah-kaidah dan prinsip-prinsip evaluasi, maka data yang dihasilkan akan dapat dipertanggungjawabkan dan dapat dimanfaatkan untuk kepentingan perbaikan mutu dan efektivitas pembelajaran siswa.

Diterbitkan 26 Desember 2008 manajemen pendidikan
Tags: artikel, berita, bimbingan, kinerja guru, konseling, makalah, manajemen pendidikan, opini, pendidikan
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/12/26/evaluasi-kinerja-guru-oleh-siswa/#more-3082

Kamis, 01 Januari 2009

10 CARA MENINGKATKAN INOVASI

10 CARA MENINGKATKAN INOVASI

Diterbitkan 10 Desember 2008 manajemen pendidikan
Tags: artikel, berita, inovasi, makalah, manajemen, opini, pendidikan

Untuk menghadapi dinamika perubahan dan kompetisi yang sangat tajam dan ketat dan demi keberangsungan hidup organisasi itu sendiri, maka setiap orang dalam organisasi dituntut untuk dapat berfikir dan bertindak secara inovatif. Paul Sloane dalam sebuah tulisannya mengetengahkan 10 cara untuk meningkatkan inovasi dalam suatu organisasi, yakni:
1. Memiliki visi untuk berubah
Jangan berharap suatu tim akan menjadi inovatif apabila mereka tidak mengetahui tujuan yang hendak dicapai ke depan. Inovasi harus memiliki tujuan dan seorang pemimpin harus mampu menyatakan dan mendefinisikan tujuan secara jelas sehingga setiap orang dapat memahami dan mengingatnya. Para pemimpin besar banyak meluangkan waktu untuk menggambarkan dan menjelaskan visi, tujuan dan tantangan masa depan kepada setiap orang . Mereka berusaha meyakinkan setiap orang akan peran pentingnya dalam upaya mencapai visi dan tujuan, serta dalam menghadapi berbagai tantangan. Mereka mengilhami kepada setiap orang untuk menjadi enterpreneur yang bersemangat dan menemukan cara-cara yang inovatif untuk memperoleh kesuksesan.
2. Memerangi ketakutan akan perubahan
Para pemimpin inovatif senantiasa mengobarkan semangat pentingnya perubahan. Mereka berusaha menggantikan kepuasan atas kemapanan yang ada dengan kehausan akan ambisi. Mereka akan berkata, ” Saat ini kita memang sedang melakukan hal yang baik, tetapi kita tidak boleh berhenti dan berpuas diri dengan kemenangan yang ada, kita harus melakukan hal-hal yang lebih baik lagi”. Mereka menyampaikan pula bahwa saat ini kita sedang melakukan suatu spekulasi baru yang penuh resiko, dan jika kita tidak bergerak maka akan jauh lebih berbahaya. Mereka memberikan gambaran menarik tentang segala sesuatu yang hendak diraih pada masa mendatang. Oleh karena itu, satu-satunya cara menuju ke arah sana yaitu dengan berusaha memeluk perubahan.
3. Berfikir Seperti Pemodal yang Berani Mengambil Resiko
Seorang pemodal yang berani mengambil resiko akan menggunakan pendekatan portofolio, berusaha mencari keseimbangan antara kegagalan dengan kesuksesan. Mereka senang mempertimbangkan berbagai usulan atau gagasan tetapi tetap merasa nyaman dengan berbagai pemikiran yang menggambarkan tentang kegagalan-kegagalan yang mungkin akan diterima.
4. Memiliki Suatu Rencana Usulan yang Dinamis
Anda harus memfokus pada rencana usulan yang benar-benar hebat, setiap rencana mudah dilaksanakan, sumber tersedia dengan baik, responsif dan terbuka untuk semuanya. Berikan penghargaan dan respons yang wajar kepada karyawan serta para senior harus memliki komitmen agar karyawan tetap dapat menjaga kesegarannya dalam melaksanakan setiap pekerjaan.
5. Mematahkan Aturan
Untuk mencapai inovasi yang radikal, Anda harus memiliki keberanian manantang berbagai asumsi aturan yang ada di sekitar lingkungan. Bisnis bukan seperti permainan olah raga yang selalu terikat dengan aturan dan keputusan wasit, tetapi bisnis tak ubahnya seperti seni, yang di dalamnya memiliki banyak kesempatan untuk berfikir secara lateral, sehingga mampu menciptakan cara-cara baru tentang aneka benda dan jasa yang diinginkan para pelanggan
6. Beri Setiap Orang Dua Pekerjaan
Berikan setiap orang dua pekerjaan pokok. Mintalah kepada mereka untuk melaksanakan pekerjaan sehari-hari mereka secara efektif dan pada saat yang bersamaan kepada mereka diminta pula untuk menemukan cara-cara baru dalam melaksanakan pekerjaannya. Doronglah mereka untuk bertanya pada diri sendiri tentang apa sebenarnya tujuan esensial dari peran saya? Hasil dan nilai riil apa yang bisa saya berikan kepada klien saya, baik internal maupun eksternal? Apakah ada cara yang lebih baik untuk memberikan dan mencapai nilai atau tujuan tersebut? Dan jawabannya selalu mengatakan “YA”. Tetapi, kebanyakan orang tidak pernah atau jarang menanyakan hal-hal seperti itu.
7. Kolaborasi
Beberapa eksekutif perusahaan memandang kolaborasi sebagai kunci sukses dalam inovasi. Mereka menyadari bahwa tidak semua dapat dilakukan hanya dengan mengandalkan pada sumber-sumber internal. Oleh karena itu, mereka melihat dunia luar dan mengajak organisasi lain sebagai mitra, sehingga bisa saling bertukar pengalaman dan keterampilan dalam team.
8. Menerima kegagalan
Pemimpin inovatif mendorong terbentuknya budaya eksperimen. Setiap orang harus dibelajarkan bahwa setiap kegagalan merupakan langkah awal dari perjalanan jauh menunju kesuksesan. Untuk menjadi orang benar-benar cerdas dan tangkas, setiap orang harus diberi kebebasan berinovasi, bereksperimen dan memperoleh kesuksesan dalam melakukan pekerjaannya, termasuk didalamnya mereka juga harus diberi kebebasan akan kemungkinan terjadinya kegagalan.
9. Membangun prototipe
Anda harus berani mencobakan suatu ide baru yang biaya dan resikonya relatif rendah ke dalam pasar (dunia nyata), kemudian lihat apa reaksi dari pelanggan dan orang-orang. Di sana sesungguhnya Anda akan lebih banyak belajar tentang dunia nyata, dibandingkan jika Anda hanya melakukan uji coba dalam laboratorium atau terfokus pada sekelompok orang saja.
10. Bersemangat
Anda harus fokus terhadap segala sesuatu yang ingin dirubah. Siap dan senantiasa bergairah dan bersemangat dalam menghadapi dan menanggulangi berbagai tantangan. Energi dan semangat yang Anda miliki akan menular dan mengilhami setiap orang. Tak ada gunanya jika Anda mengisi bus dengan penumpang yang selalu merasa asyik dengan dirinya sendiri. Anda membutuhkan dan menghendaki orang-orang dan para pendukung Anda dengan semangat yang berkobar-kobar. Anda mengharapkan setiap orang dapat meyakini bahwa upaya mencapai tujuan merupakan sesuatu yang amat penting dan bermanfaat.
Jika Anda menghendaki setiap orang dapat terinpirasi untuk menjadi inovatif, merubah cara-cara yang biasa mereka lakukan, dan untuk mencapai hasil yang luar biasa, maka Anda mutlak harus memiliki semangat yang menyala-nyala tentang apa yang Anda yakini dan Anda harus dapat mengkomunikasikannya setiap saat ketika Anda berbicara dengan orang.
*)) terjemahan bebas dari tulisan Paul Sloane, pengarang The Innovative Leader, yang berjudul “Ten Ways to Boost Innovation” dipublikasikan oleh Kogan Page. www.director.co.uk
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/12/10/10-cara-meningkatkan-inovasi/#more-3044