Kamis, 12 Februari 2009

Penilaian yang Memotivasi Anak Didik

Penilaian yang Memotivasi Anak Didik

30 Jan 2009 | Komentar : 0
Pertanyaan:

Pengasuh yang terhormat, saya seorang guru SD. Saat ini, saya memiliki masalah dengan anak didik yang akhir-akhir ini motivasi belajarnya sangat menurun. Dua minggu lalu, saya membagikan hasil penilaian ulangan yang kurang bagus dan saya beri beberapa catatan. Sejak menerima hasil ulangan tersebut, dia menjadi pendiam, kurang bersemangat, dan cenderung minder. Pertanyaan saya, bagaimana mengatasi masalah tersebut? Apa yang sebaiknya saya lakukan saat menilai pekerjaan anak agar tidak mematikan motivasi belajarnya? Terima kasih atas jawabnnya.

Sri Lestari SPd, Sidoarjo


Jawaban Drs Martadi MSn

Ibu yang sedang sedih, penilaian guru terhadap pekerjaan anak, menurut Amabile (1989), mungkin merupakan pembunuh motivasi belajar paling besar. Penilaian menurut pola pendidikan tradisional, guru memberikan tugas dan tes kepada anak yang dikoreksi dan dikembalikan dengan nilai angka dan tanda-tanda pada jawaban yang salah. Pada waktu-waktu tertentu, anak membawa pulang buku rapor dengan nilai untuk setiap mata pelajaran. Kemudian, setahun sekali orang tua datang untuk pertemuan dengan guru guna membicarakan kemajuan anak.

Untuk pembelajaran yang menunjang motivasi belajar anak, idealnya guru menilai pengetahuan dan kemajuan anak melalui interaksi yang terus-menerus dengan anak. Pekerjaan anak dikembalikan dengan banyak catatan dari guru, terutama menampilkan segi-segi yang baik dan kurang baik dari pekerjaan anak. Secara berkala, guru memberikan catatan tentang kemajuan anak untuk orang tua. Sebelum menulis laporan untuk orang tua, guru membicarakan secara perorangan dengan anak. Tidak hanya memberikan pendapat guru, tetapi juga meminta pandangan anak. Catatan tertulis untuk orang tua hendaknya juga melibatkan pandangan anak.

Sistem itu membuat penilaian lebih bersifat memberikan informasi daripada mengawasi. Anak melihat komentar guru tidak sebagai hadiah atau hukuman untuk mengawasinya, tetapi sebagai informasi yang berguna bagi belajar dan kinerjanya. Dengan demikian, motivasi belajar siswa tidak menurun, tetapi dapat meningkat.

Sesekali waktu, ibu juga dapat mengikutsertakan anak untuk menilai pekerjaan mereka. Agar anak tidak kecewa jika pekerjaannya kurang baik, guru hendaknya memperhatikan bagian atau soal mana yang dibuat cukup baik dan memberikan penghargaan. Misalnya, memberi tanda bintang. Selain itu, guru menunjukkan pengertian bahwa anak mengalami masalah dalam mengerjakan soal-soal tertentu dan mengajaknya mencari cara lain supaya anak dapat memahami kesalahan-kesalahan yang dibuat.

Dalam memberi penilaian, guru hendaknya menghindari kalimat yang bernada negatif. Misalnya, ''Kamu membuat salah lagi!". Lebih baik bila guru mengungkapkannya dengan kalimat, ''Dapatkah kamu memikirkan cara lain untuk membuat itu?" atau ''Mari Saya tunjukkan cara lain untuk melakukan itu". Yang penting adalah anak memahami makna dari membuat kesalahan. Dari kesalahan, kita dapat belajar. (*/hud)

http://www.klubguru.com/view.php?subaction=showfull&id=1233271492&archive=&start_from=&ucat=4&
Sumber:
Jawa Pos, 28 Januari 2009

Tidak ada komentar: