Selasa, 24 Februari 2009

Jujur, Cakap, dan Kreatif-Inovatif

Jujur, Cakap, dan Kreatif-Inovatif

Ada tiga kunci yang harus kita miliki untuk membangun kredibilitas. Itu ialah, jujur, cakap, dan kreatif-inovatif. Lalu, mengapa harus jujur? Logikanya, orang yang jujur tak mungkin berbohong. Apabila ia berkata A maka yang terlihat adalah A bukan B, C, D, dan seterusnya.

Orang yang jujur mustahil munafik. Karena itu ia, selain tak mudah berbohong, ia pun akan berusaha menepati janji dan tergolong amanah. Dalam hal ini, kejujuran merupakan persoalan karakter. Sehingga untuk berlaku jujur dibutuhkan pembiasaan terutama sejak kecil. Jadi, apa salahnya bila kita jujur? Untuk menopang kejujuran jelas ada hal lain yang harus dipenuhi.

Itulah yang disebut cakap. Orang yang cakap tidak berarti ia harus mampu dalam hal-hal teknis. Kalau saja ia mampu mengelola orang ia juga bisa dikatakan cakap. Dan untuk bisa cakap, maka diri harus sering dilatih, wawasan dan keterampilan dikembangkan secara kontinu dan sistematis sehingga memiliki kesiapan memadai dalam menghadapi hidup. Dengan cara ini, kelalaian dan kecerobohan sebagai biang kesalahan dan kegagalan dapat diminimalisasi.

Nilai lebih kejujuran dan kecakapan akhirnya terbangun dengan kreasi dan inovasi. Bisa jadi ada orang yang jujur dan cakap, namun sedikitpun ia tidak kreatif-inovatif. Sebaliknya ada yang kreatif maupun inovatif tetapi ia tidak jujur dan cakap. Kreatif dan inovatif bisa memunculkan prestasi. Akan tetapi prestasi itu sendiri harus ditunjang oleh karakter individunya sendiri.

Karenanya, bila ketiga hal yang tampak sepele ini tak ada pada seseorang, maka kredibilitasnya patut dipertanyakan.n mns/mqp

Keuntungan Ramah (1)

Orang yang ramah akan diterima oleh siapa saja. Jika ia orang kaya yang ramah maka orang miskin pun menghargainya. Sebaliknya jika orang miskin berlaku ramah kepada siapa pun termasuk di hadapan yang kaya, maka harga dirinya tak sedikitpun berkurang.

Konon sifat ramah merupakan satu dari sekian sifat yang bakal mengundang rezeki. Rezeki kita selaku manusia memang telah ditetapkan, dan wajib kita "jemput". Namun kalau istilah 'menjemput rezeki' bernada membutuhkan usaha maka dengan berlaku ramah justru rezeki akan datang dengan sendirinya.

Ambil contoh, seorang pedagang yang ramah terhadap calon pembelinya (meskipun kemudian pembeli tidak membeli dagangannya) sedikitpun ia takkan rugi. Sebab dengan pelayanan ramah saja ia sudah mendapat satu poin kepedulian pembeli. Minimal pembeli akan mengingatnya untuk suatu saat kembali untuk benar-benar membeli barang dagangannya.n mns/mqp ( )

Tidak ada komentar: